Review Buku “Magnus Chase & The Gods of Asgard #1”: Lahirnya Pahlawan Baru


Ah, I was thrilled when this book was finally released last month! Karya-karyanya Rick Riordan sudah kunikmati dari era Percy Jackson and The Olympians. Sebagai seorang guru yang mendalami Bahasa Inggris dan Sejarah, Uncle Rickbegitulah dia biasa disapamampu mengangkat kisah berbagai mitologi yang saling tumpang tindih menjadi sebuah cerita yang padu. Setelah berhasil mengguncang para fantasy junkie dengan seri Percy Jackson and The Olympians, The Kane Chronicles, serta The Heroes of Olympus, Uncle Rick kembali ‘melahirkan’ sosok pahlawan baru.

Dialah Magnus Chase; remaja 16 tahun yang hidup terkatung-katung di jalanan kota Boston semenjak kematian sang ibu dua tahun silam. Entah bagaimana ceritanya, Magnus berhasil bertahan hidup di jalanan selama itu. Padahal jalanan Boston jauh dari kata ramah untuk gelandangan, apalagi yang masih di bawah umur seperti Magnus. Patroli siswa bolos, mahasiswa mabuk, relawan komunitas, atau pecandu yang mencari mangsa lemah untuk dipalak; sebut saja, Magnus bisa mengatasi orang-orang seperti itu.
Share:

Review Buku “Under The Blue Moon”: Memburu Jejak Bayangan dan Si Penyair



“Aku ingin bertabrakan. Aku ingin berlari menabrak Shadow dan membiarkan daya benturannya menumpahkan pikiran kami. Sehingga kami bisa saling memungut dan mengembalikan pikiran satu sama lain yang seperti tumpukan batu-batu mengilap.”

Baris di atas bisa kalian temui di bagian pembukaan, dan hal pertama yang terlintas di pikiranku adalah: “Okay, this book deserves to get more attention.” Aku suka sekali dengan ide tentang ‘pikiran yang saling berbenturan’ serta ‘saling memungut dan mengembalikan pikiran satu sama lain’. Pertemuan dua pikiran yang saling berkelindan terasa jauh lebih intim ketimbang kontak fisik dalam bentuk apapun. Jadi, meski sedari awal sudah bisa ditebak bahwa novel ini sarat akan romansa, pasti ada hal tak biasa yang ingin disampaikan si penulis.

Tersebutlah seorang gadis bernama Lucy Dervish, remaja tanggung yang sedang menyusun rencana studi setelah ia lulus dari sekolah menengah. Lucy ingin menjadi seniman, beberapa tahun terakhir ia bekerja paruh waktu di studio pembuatan kaca yang dimiliki oleh Al, guru sekaligus bosnya. Tak banyak hal bagus dari sudut kota tempat Lucy tinggal, kecuali satu hal: grafiti karya seniman jalanan misterius yang bernama Shadow—bayangan. Sudah lama sekali Lucy mengagumi karya-karya Shadow yang tersebar di seluruh penjuru kota. Di tembok-tembok gedung tinggi, di tepian jalan tol, di pinggiran rel kereta, di dalam karavan tua yang nyaris menjadi rongsokan. Sebut saja tempat-tempat yang bisa terpikirkan olehmu, mungkin tempat itu sudah terjamah oleh tangan Shadow.
Share: