Red Queen: Anomali yang Mematikan

Ngomong-ngomong, udah lama juga saya nggak nulis di sini. Kali ini mau cerita sedikit tentang buku yang baru selesai saya baca. Satu lagi novel fantasi yang sarat nuansa Dystopian. Katanya sih, selera pembaca mulai bergeser, dan era Dystopian mungkin bakal ditinggalkan. Tapi buku yang satu ini layak diberi kesempatan. 😎

Bagi penyuka fantasi/sci-fi, setelah melewati beberapa bab pertama pasti bakal langsung ngeh bahwa buku ini gabungan The Hunger Games, Divergent, dan Avatar The Legend of Aang dikumpulkan jadi satu. Sama halnya seperti Katniss & Tris dari seri The Hunger Games & Divergent, tokoh utama Red Queen adalah seorang Alpha Female.


Masyarakat terbagi menjadi dua golongan: Kaum Merah & Kaum Perak. Kaum Merah adalah sekelompok manusia biasa—berdarah merah tentunya—yang nggak memiliki kemampuan istimewa sama sekali. Kaum Perak di lain pihak, adalah golongan berdarah Perak—benar-benar berwarna perak—yang memiliki kemampuan super: Penyembuh, Pembisik, Pengendali Logam, Pengendali Api, Pengendali Air atau Nymph, Pengendali Bayangan, Penyenandung, Lengan Perkasa, Penghijau, Telky, Teleporter, dan masih banyak lagi jenisnya.

Sementara Kaum Perak hidup di atas angin, mendapat akses terhadap segala kemudahan & kemewahan yang bisa ditawarkan, Kaum Merah hidup tertindas. Berjuang mengumpulkan recehan demi menyambung hidup dari hari ke hari dan dijadikan budak oleh Kaum Perak, mengerjakan pekerjaan kotor yang tak ingin mereka lakukan. Para pemuda-pemudi berdarah Merah yang tak memiliki pekerjaan, dikirim ke medan perang pada usia 18 tahun dan harus mengabdi selama 5 tahun. Tak ada seorang pun yang bisa lolos dari penjaringan itu dan lebih sedikit lagi yang berhasil lolos dari masa 5 tahun pengabdian. Sebagian tewas di medan perang, sebagian pulang dalam keadaan tubuh yang tak lagi utuh.

Mare, si tokoh utama, berasal dari Kaum Merah. Ia tak punya pekerjaan dan semestinya dikirim ke medan perang dalam beberapa bulan saat usianya genap 18 tahun. Tak seperti adik perempuannya yang berbakat menyulam, Mare tak memiliki kecakapan apapun selain mencopet. Ia hidup dari hari ke hari, bergerilya di tengah keramaian sementara tangannya yang terampil meraih benda berharga orang lain dalam sekali sentuh.

Suatu hari, sebuah keajaiban mengantarkannya jadi pelayan di istana raja. Statusnya memang hanya pegawai rendahan, tapi setidaknya jauh lebih baik ketimbang bertempur di medan perang, menyusul ketiga abangnya yang sudah lebih dulu pergi. Mare datang ke istana saat sedang berlangsung kontes pemilihan calon ratu dari Kaum Perak. Pada saat itulah keadaan genting mendesak Mare untuk mengeluarkan kekuatan yang selama ini sama sekali tidak ia ketahui keberadaannya. Mare mendapati dirinya bukan lagi Kaum Merah, namun bukan pula Kaum Perak. Tubuhnya bermutasi menjadikannya anomali yang mematikan. Sounds familiar, huh?

Mare sadar dirinya kini bukan lagi gadis lemah yang tak berdaya. Ia memiliki kekuatan yang bisa mengubah tak hanya dunianya yang sempit, namun juga mengubah dunia Kaum Merah dan Kaum Perak menjadi lebih baik. Bersama dengan Barisan Merah, mereka akan bangkit, semerah rona fajar.

Saya sendiri menikmati baca Red Queen karena proporsinya serba pas. Kalau kata USA Today: "Antara cinta dan revolusi, kekuasaan dan keadilan. Imajinatif, penuh aksi menegangkan. Sulit untuk dilewatkan." Anyway, kalau penasaran sama kelanjutannya silakan baca bukunya langsung deh. Sementara itu, walaupun masih dalam versi PDF berbahasa Inggris, sekarang saya lanjut baca sekuelnya: Glass Sword! 😆
Share:

0 comments:

Post a Comment