Something in Common


Memutuskan untuk keluar dari circle yang sudah tidak sejalan dengan kita, itu gapapa banget. Seriously. I already did that many times before. Mungkin saran ini tidak selalu berlaku untuk semua orang. Bagi sebagian orang, memiliki attachment dengan banyak circle itu kebutuhan pokok. Bagi saya, nggak perlu banyak-banyak, asalkan berkualitas.

Prinsip ini yang sudah lamaaa banget saya pegang sejak SMA. Saya cuma punya sedikit orang yang bisa disebut teman, jauh lebih sedikit lagi yang bisa disebut sahabat. Sisanya, saya lebih suka menyebutnya 'kenalan'. Iya kenalan, karena yang saya tahu hanya sebatas nama dan sedikit sekali informasi. Semakin sedikit saya tahu tentang mereka, semakin sedikit juga yang perlu mereka tahu tentang saya.

Itu sebabnya saya hanya bisa dekat dengan circle baru ketika kami masih punya kepentingan yang sama. Teman kuliah hanya akan dekat dengan saya saat kami masih kuliah di tempat yang sama hingga beberapa tahun setelahnya karena masih ada waktu untuk reuni kecil-kecilan. Rekan kerja pun hanya akan dekat dengan saya saat kami masih bekerja di tempat yang sama. Setelah kami sudah tidak memiliki something in common, renggang pulalah hubungan kami. Bagi saya itu bukan masalah besar, itu hal yang normal kita alami seiring bertambahnya usia.


“Solitude matters, and for some people, it's the air they breathe” ― Susan Cain
Share:

Bermalam di Kampung Awan Megamendung


Bulan Mei kemarin, beberapa minggu sebelum ulang tahun si anak kecil, entah dapat ilham dari mana tiba-tiba suami ngajak liburan di camping ground. Padahal kami nggak punya peralatan berkemah sama sekali, terlebih lagi kami juga nggak ada pengalaman berkemah membawa anak kecil. Tapi suami terus meracuni dengan video-video di Youtube soal Kampung Awan, sebuah camping ground khusus keluarga yang terletak di kawasan Megamendung, Puncak. Saya pun akhirnya termakan bujuk rayu dan memberi lampu hijau. 😌 Tadinya kami berencana mau memberi balance bike sebagai kado ulang tahun kedua, tapi kemudian suami berubah pikiran. Katanya masih terlalu dini, nanti aja kalau mau ulang tahun yang ketiga. Hmmm, baiklah.... Akhirnya budget yang sudah disiapkan untuk balance bike kami alokasikan untuk membeli perlengkapan dasar berkemah.

Dengan budget seadanya, kami prioritaskan untuk membeli tenda berkapasitas 3 orang. Tadinya kami mau pinjam tenda milik teman suami, tapi setelah dicoba, tenda dengan kapasitas 2 orang terlalu sempit untuk kami tempati bertiga. Selain tenda, kami juga membeli sleeping bag khusus untuk dipakai anak kami, karena kami nggak tau seberapa dingin suhu di malam hari. Prinsip kami yang penting anak nyaman & hangat, kalau untuk saya dan suami sih masih bisa pakai jaket dan selimut.


Selain tenda dan sleeping bag, peralatan berkemah yang kami bawa pun masih ala kadarnya banget. Untungnya suami punya kompor gas kecil bekas jaman bujang waktu dia masih ngekost. Tenda kami bahkan belum dilengkapi dengan alas tenda dan flysheet. Kami hanya menggunakan alas piknik untuk melindungi tenda agar tidak langsung kena tanah. Tapi kalau sampai hujan, wah panik lah kami, soalnya hanya tenda yang bisa kami jadikan tempat berlindung.

Agar terhindar dari kemacetan dan buka tutup satu arah di jalur Puncak, kami berangkat setelah sholat Jumat dan tiba di Kampung Awan sekitar pukul setengah empat sore. Syukurlah saat kami tiba di sana, hujan deras baru saja berhenti. Kami disambut oleh penanggung jawab lapangan di Kampung Awan yang kami panggil si Om. Sore itu area perkemahan tidak terlalu penuh, hanya ada sekitar 5 mobil yang tersebar di area perkemahan. Iya, karena konsepnya family camping ground, kita bisa mendirikan tenda persis di sebelah mobil. Gak perlu khawatir barang-barang dan makanan mau ditaruh di mana, semua aman tersimpan di mobil.


Menurut penuturan penanggung jawab lapangan, seluruh area camping ground ini bisa menampung hingga 1000 orang. Fasilitas yang ditawarkan pun sangat lengkap. Ada aula besar yang bisa jadi tempat berteduh jika terjadi hujan badai, ada kolam renang, toilet dan kamar mandi, ada juga musholla dan tempat wudhu. Selain itu juga ada beberapa area yang dilengkapi colokan listrik dan lampu outdoor. Jadi kalau berencana menginap di sini, jangan lupa membawa kabel gulung supaya kita nggak perlu khawatir kekurangan sumber listrik. Gambar di bawah ini menunjukkan area perkemahan yang letaknya lebih rendah. Pepohonan pun nampak berjajar rapi dan tumbuh subur, semakin menambah keindahan juga hawa sejuk di area perkemahan. Pasti bakal seru mengadakan acara family gathering di tempat ini!


Terus, gimana kalau mau camping tapi nggak punya tenda atau peralatan berkemah lainnya? Nggak perlu khawatir, karena Kampung Awan menyediakan berbagai pilihan paket liburan. Meski udah ada paket yang menyediakan tenda, kami tetap memutuskan untuk membeli tenda dengan pertimbangan ke depannya kami akan lumayan sering berkemah. Jadi kami memilih paket Reguler A seharga Rp100.000,-/orang per malam. Dengan harga segitu sudah termasuk sewa tempat untuk tenda sekaligus mobil, air mineral galon, colokan listrik di dekat tenda, lampu outdoor, akses kolam renang dan kamar mandi, serta aula untuk berlindung pada situasi darurat. Kalau dibandingkan dengan area perkemahan lain, mungkin biaya Rp100.000,- terasa sedikit mahal. Namun percayalah begitu sudah merasakan pengalaman menginap di Kampung Awan, harga tersebut sebanding dengan fasilitas dan pelayanan dari para kru lapangan yang bertugas. Mereka sangat sigap membantu sejak kami tiba di sana. Bahkan tanpa harus kami minta, mereka menanyakan langsung apa kami butuh dibantu untuk mendirikan tenda. Pokoknya selama di sana kami merasa aman dan nyaman meski tidur di bawah langit. Nah kalau mau tahu pilihan paket lain yang lebih lengkap, bisa dilihat pada brosur di bawah ini.


Meski area perkemahan ini cukup luas, perlu kami tekankan bahwa di masa pandemi seperti ini alangkah bijaksana kalau kita memilih hari kerja ketimbang di akhir pekan. Karena di akhir pekan pengunjung yang datang berkali lipat dari hari Jumat saat kami baru tiba dan agak sulit untuk menjaga jarak. Dalam kondisi ramai seperti itu juga pasti akan sulit memilih lokasi strategis, mau tidak mau kita hanya bisa memilih area yang kosong. Lain halnya kalau kita datang di hari kerja, mau pilih lokasi di manapun masih leluasa.


Oh iya, kalau bisa selama di Kampung Awan sempatkan juga untuk berkeliling ke bagian lain dari area perkemahan. Karena area perkemahan ini cukup luas, kami berjalan cukup jauh hingga ke bawah bukit. Tadinya kami kira, bagian bawah bukit itu sudah bukan area Kampung Awan lagi, tapi ternyata areanya memang seluas itu. Jika cuaca cerah dan tidak berkabut, dari tepi bukit seharusnya kita bisa melihat ke area Bogor kota. Namun siang itu cuaca kurang cerah jadi pemandangannya pun tertutup awan.


Gimana, tertarik untuk merasakan pengalaman seru berkemah di Kampung Awan? Buat yang ingin tau lebih lanjut, bisa hubungi langsung penanggung jawab lapangannya Om Adiarta di nomor 0811954533, atau bisa juga lihat galeri foto di akun Instagram mereka. Selamat berlibur![]
Share: