Satu Tahun Melangkah

Our mandatory pose after akad

Beberapa hari yang lalu tanpa sengaja saya melihat foto-foto lawas saya dan suami waktu pertama kali bertemu, tepatnya di sebuah event fotografi di daerah Pluit. Saya berusaha mengingat-ingat lagi setiap detail dari momen tersebut, apa nama tempat diselenggarakannya event tersebut, mall apa yang kami datangi setelah pulang dari sana untuk berganti baju, film apa yang kami tonton sore itu, dan seterusnya. Ah, pillow talk memang salah satu kegiatan favorit saya setelah menikah.

Saya baru sadar cara kerja otak kita itu luar biasa istimewa ya? Seringkali kita menyimpan memori di sudut pikiran yang paling dalam dan nyaris melupakan keberadaannya. Untuk memanggil kembali memori tersebut hanya butuh satu pancingan kecil, dan semua kenangan pun langsung membanjiri pikiran kita. Itulah yang terjadi pada suami saya malam itu. Karena tanpa sengaja membahas tentang Pluit, dia langsung teringat kembali sebuah kenangan yang selama ini ia lupakan.

"Aku baru ingat, waktu kita ke Pluit itu sebenernya aku ketemu sama temen motret aku. Nggak terlalu deket sih, kita kenalan di event fotografi waktu di Kota Tua, sempet saling tukeran kamera juga jadi aku nyobain kamera Canon punya dia yang lensanya sapu jagad."

"Masa sih? Aku nggak ingat kamu ngobrol sama orang lain selain aku di sana."

"Kamu waktu itu lagi sibuk motret model yang seksi kalau nggak salah, cuma beberapa meter dari aku kok. Nah, waktu itu dia nanya, aku ke sana sama siapa. Aku belum sempet jawab cuma ngelirik ke arah kamu aja, tau-tau dia ngomong, 'Oh, sama istri lo ya? Istri lo bisa motret juga?' Terus aku jawab aja, 'Iya sama istri gue.' Begitu dia pergi baru deh aku istighfar, 'Astaghfirullah, apa-apaan barusan main ngaku-ngaku aja, kalau nih cewek denger bisa kabur dia.'" 😰

"Hah? Seriusan kamu ngomong gitu? Ih geer amat sih kayak udah yakin aja aku bakal mau sama kamu."

"Loh tapi bener kan? Buktinya kita emang jodoh. 😜"

Aamiin Allahuma Aamiin... 😇

Konsep jodoh ternyata memang sedemikian misterius ya? 😊 Sesederhana celetukan yang diucapkan tanpa sadar, ternyata diamini semesta dan dikabulkan oleh Allah Swt. Sampai saat ini saya masih takjub dengan jalan hidup yang saya lalui. Ternyata semua jatuh bangun, sakit hati, senang, susah, bahagia, tangisan tersembunyi, pada akhirnya mengarah ke satu titik. Bahkan titik yang sedang saya alami saat ini pun akan mengarah pada hal lain yang belum saya ketahui.

Hari ini, tepat satu tahun yang lalu, kami memulai perjalanan baru sebagai suami istri. Jika pernikahan ibarat manusia yang lahir dan bertumbuh, saat ini kami masih berada pada fase tertatih dan belajar jalan. Nggak mudah memang menjalani hidup rumah tangga. Apalagi kami langsung dikaruniai amanah seorang putra yang harus kami didik sebaik-baiknya. Belum puas kami belajar saling mengenal satu sama lain sebagai individu, sudah hadir individu lain yang memaksa kami belajar hal baru dengan tingkat kesulitan naik level dari pasangan suami istri menjadi orangtua. Apapun tantangan yang mungkin akan kami hadapi di kemudian hari, saya bersyukur akan menjalaninya bersama pasangan yang telah saya pilih. I don't want anyone else but you.💖

Karena momentumnya lagi pas, saya jadi punya alasan kuat buat posting foto-foto nikahan yang belum sempat saya bagikan. Hehehe.... Sekali-sekali PDA nggak apa-apa dong. 😜









"Terima kasih karena terus berusaha menjadi suami sekaligus ayah yang baik. Semoga apapun keadaannya kita bisa terus bersama dan menjadi penyejuk hati untuk satu sama lain." 💗
Share:

Cerita Persalinan: Ketika Kami Terlahir sebagai Orangtua


Bayiku pintar, bayiku sehat, bayiku sempurna.

Bayiku tahu kapan waktu yang tepat untuk lahir, aku cuma perlu lebih peka membaca pertanda dan bahasa cintanya.


Kalimat ini yang terus menerus saya gaungkan menjelang Hari Perkiraan Lahir tiba. Saya mengambil cuti melahirkan 3 minggu lebih cepat dari tanggal HPL, bukan tanpa alasan. Waktu tempuh yang lumayan panjang serta jarak dari rumah ke kantor yang cukup jauh membuat saya khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun ternyata sampai dengan usia kehamilan saya memasuki minggu ke-39 saya belum juga merasakan tanda-tanda akan melahirkan. Percaya atau engga, saya bahkan sampai googling "seperti apa rasanya kontraksi palsu". 😂 Saking saya bingung dan clueless khawatir melewatkan tanda-tanda yang penting. Sejujurnya sejak bulan ke-8 perut saya udah sering terasa kencang. Saking seringnya yang tadinya saya merasa agak ngilu lama-lama jadi kebal. Tapi saya yakin kalau perut kencang itu nggak berarti persalinan akan segera tiba.

Saya mulai dilanda kekhawatiran apalagi melihat di lini social media banyak yang baru saja melahirkan, entah itu teman-teman ataupun public figure. Pokoknya saya tahu siapa-siapa aja yang hamilnya barengan sama saya dan hampir semuanya udah launching. Mulai dari Tya Ariestya, Tasya Kamila, istrinya Raditya Dika, sampai Meghan Markle. 😂 Sebagai upaya memperlancar proses persalinan, hari Minggu tanggal 19 Mei 2019 saya ikut prenatal yoga sekaligus kontrol kehamilan di klinik Bidan Erie. Untuk pertama kalinya saya diperiksa dalam dan ternyata menurut Bidan Erie saya udah pembukaan 1 dengan posisi kepala bayi yang sudah masuk panggul. Saya pun diberi racikan homeopathy dan diminta untuk lebih sering melakukan induksi alami yang tidak menggemukkan karena bayi saya udah cukup besar. 🙈😂 Beliau optimis kalau saya bisa melahirkan di minggu itu. Pulang dari klinik saya melakukan apa yang disarankan Bidan Erie.
 
Dua hari kemudian, saya bangun dan menyiapkan sahur seperti biasa untuk suami saya walaupun saya nggak ikut puasa. Saat itu saya belum merasakan apapun. Tapi setelah sholat Subuh dan saya ketiduran, antara sadar dan engga saya merasakan sensasi mulas ringan. Karena rasanya belum terlalu intens, saya minta suami saya tetap masuk kerja seperti biasa karena bisa jadi ini hanya kontraksi palsu. Nggak lama setelah dia berangkat, saya baru sadar kalau HP-nya ketinggalan. 😑🤦 Akhirnya dalam keadaan hamil besar dan kaki sakit, saya jalan cepat mengejar suami sebelum dia keburu jauh. Wong harusnya dia siaga dan bisa dihubungi kapan aja, ini malah HP-nya ditinggal-tinggal. 💆

Setelah drama pengejaran itu, saya kembali ke rumah dan ups... tiba-tiba kontraksi terasa semakin kencang. Untuk memastikan bahwa ini memang kontraksi sungguhan, saya menghitung durasi dan jeda kontraksi lewat aplikasi Kontraksi Nyaman. Dan hasilnya udah bukan pola 5-1-1 lagi, tapi udah pola 3-1-1. 💆😂 Saya tunggu sampai 30 menit dan belum ada tanda-tanda hilang, akhirnya saya bilang ke suami dan minta dia untuk pulang lagi. 😅 Saat itu suami saya udah naik kereta dan baru sampai Stasiun Tebet, akhirnya dia nggak jadi ke kantor deh. 🤣

Sambil menunggu suami pulang, saya berusaha mengatur nafas dan bermain gym-ball untuk mengurangi rasa sakit. Sesekali saya bergoyang mengikuti 'perintah' tubuh dan hasilnya memang rasa sakit jauh berkurang ketimbang saya diam saja. Suami tiba di rumah sekitar pukul 10.30 dan kami langsung bergegas ke klinik Bidan Erie. Satu hal yang saya sesali adalah, kenapa saya nggak banyak makan di fase mulas itu. Saya cuma minum susu dan makan sedikit roti. Harusnya saya makan lebih banyak karena ke depannya saya butuh banyak energi. Kami pun tiba di klinik sekitar pukul 12.00 WIB, langsung cek pembukaan dan ternyata udah mau bukaan 3. Kami dipersilakan untuk menempati kamar 1 dan saya diminta istirahat, kalau bisa bahkan tidur aja di sela-sela kontraksi.

Kami langsung menghubungi pihak keluarga saat itu. Butuh waktu bagi ibu dan ayah saya untuk menyusul kami dari Bogor ke Citayam. Apalagi saat itu ibu masih di sekolah sedangkan ayah saya lagi rapat bersama walikota Bogor. 😅 Padahal pagi harinya, ayah saya baru aja menanyakan kabar via WhatsApp. Saat itu dengan yakinnya saya bilang, "Belum terasa pak, nanti dikabari kok." Ibu saya baru tiba di klinik pukul 15.00, sedangkan ayah saya menyusul satu jam kemudian. Sementara keluarga suami saya yang di Sumedang baru bisa ke Bogor keesokan harinya.

Selama berjam-jam merasakan mulas, saya terus menerus diingatkan untuk makan. Tapi ya gimana mau makan, tiap kali makan nggak berapa lama kemudian saya langsung mual luar biasa lalu muntah. Seolah perut saya menolak semua makanan bahkan air putih sekalipun, padahal saya nggak punya asam lambung. Karena terus menerus muntah, saya jadi lemas dan cuma bisa berbaring. Di sela-sela kontraksi yang timbul tenggelam, saya masih sempat-sempatnya ketiduran. Saya bersyukur selama proses yang melelahkan itu suami saya selalu ada di samping. Walaupun nggak ada insiden teriak-teriak heboh sambil cakar sana sini, tapi lumayan juga tuh tangan dan lengannya saya cengkeram agak keras. 🤣 Selama itu pula tim bidan yang berjaga di sana saling bergantian memantau perkembangan saya. Mereka memantau pembukaan hanya dengan meraba perut saya saat kontraksi, sama sekali nggak melakukan pemeriksaan dalam kecuali saat saya baru tiba di klinik. Jadi saya nggak tahu udah bukaan berapa karena mereka juga nggak ngasih tau. 😅 Oh iya meski saya hanya berbaring, tapi saya diminta berbaring menghadap kanan sambil menaruh peanut ball di antara kedua kaki saya seperti guling. Hal itu dimaksudkan untuk membantu agar panggul semakin membuka dan memudahkan bayi untuk mencari jalan keluar.

Sekitar pukul 16.30, saya mengumpulkan sisa-sisa tenaga untuk bangkit dan main gym-ball di ruang yoga ditemani suami. Dan saat itulah kekacauan terjadi, saya muntah buanyaaaak banget di ruang yoga tanpa sempat lari ke kamar mandi. Baju saya berlumuran muntah sampai mengotori lantai dan saya semakin lemas. Setelah itu semuanya terasa berlalu dengan cepat. Yang saya ingat saya langsung kembali ke kamar untuk ganti baju dan pakai sarung, lalu kembali berbaring dengan posisi menjepit peanut ball. Rasa mulasnya udah makin nggak karuan, suami dan ibu saya bergantian mendampingi sambil saya remas-remas tangannya. Sebetulnya saya sudah latihan nafas untuk membantu persalinan, tapi entah kenapa saat rasa sakit semakin menjadi semua ilmu nafas yang saya pelajari buyar semua. 😂

Saya nggak ingat kapan tepatnya peanut ball ditarik dari kaki saya, tau-tau ada bidan yang ditugaskan untuk bergantian memegangi kaki kiri saya agar tetap di atas karena saya udah lemas banget. Entah ada berapa bidan yang mengelilingi saya, semuanya berusaha menyemangati. Padahal saya yakin mereka juga lelah dan lapar, apalagi udah menjelang waktunya berbuka puasa. Ketika adzan Maghrib berkumandang, ruangan mendadak sepi karena mereka bergantian berbuka puasa sekaligus shalat Maghrib. Kebetulan kontraksi juga lagi agak kalem, mungkin bayi saya tahu kalau saat itu semuanya lagi butuh waktu untuk istirahat sebentar. 😂 Nggak berapa lama kemudian Bidan Erie tiba, entah sugesti atau bukan saya serasa dapat suntikan energi positif hanya dengan mendengarnya bicara. Saya nggak ingat berapa kali tepatnya saya berusaha mengejan namun berhenti karena kehabisan tenaga. Tapi saya ingat pada usaha terakhir, saya berusaha 'memanggil' anak saya, "Dede Bilal ayo bantuin Bunda!" diiringi erangan yang panjang (dan agak memalukan setelah saya tonton ulang videonya 🙈😂). Nggak lama kemudian, lahirlah putra pertama kami tepat pukul 18.46 WIB. :')

Bilal usia 1 hari, difoto oleh Bidan Erie kesayangan kami 🤗

Bilal Ar Razi Irawan.

Terima kasih sudah memilih kami sebagai orangtuamu. Pada detik kamu lahir, saat itu juga kami terlahir kembali sebagai orangtua.

Tangisan pertama anak kami langsung terdengar memenuhi seisi ruangan. Bidan Erie lalu meletakkan tubuh mungilnya di dada saya. Ia masih berlumur cairan ketuban, tali pusatnya pun masih terhubung ke plasenta. Dan saya langsung memeluknya erat-erat sambil mengucap syukur tanpa henti. :') Alhamdulillah, alhamdulilah alhamdulilah, terima kasih ya Allah atas anugerah serta amanah yang Kau titipkan pada kami. Anak kami sehat dan sempurna, seperti doa yang tak henti kami rapalkan setiap hari berulang kali. Di pelukan saya berbaring manusia kecil yang harus kami didik untuk menjadi sebaik-baiknya manusia di muka bumi.

Kami beruntung bisa mengabadikan momen bersejarah ini meski dengan kamera seadanya. Suami saya masih sempat menaruh action cam di pojokan ruangan beberapa menit sebelum anak kami lahir. Semua perasaan dan emosi yang tumpah di dalam ruangan itu pun berhasil direkam. Ketika kami sedang dilanda euforia dan tangis bahagia, rupanya para bidan sedang mati-matian berusaha menyelesaikan pekerjaan mereka yang juga nggak kalah penting: membenahi kembali jalan lahir yang baru saja dilewati anak saya. 🙈😂 Persalinan gentle birth memang tidak mengenal prosedur menggunting perineum dengan sengaja (alhamdulilah! 😂). Semua dikembalikan pada kemampuan sang ibu dalam mengatur nafas, seberapa besar ukuran bayi, bagaimana posisi tubuh bayi sebelum dan saat melewati jalan lahir, serta bagaimana sang ibu mempersiapkan tubuhnya. Itulah beberapa faktor yang akan menentukan apakah akan terjadi robekan atau tidak pada perineum. Kalau saya, karena sempat kehabisan tenaga dan juga nafas yang terlalu pendek, saya sempat berhenti mengejan di tengah jalan. 🙈😂 Padahal kepala anak saya udah hampir keluar tapi malah masuk lagi. Gara-gara itu di kepalanya terlihat ada lekukan bekas proses mengejan yang kurang terlatih, untungnya bekas lekukan itu sekarang udah hilang. 🙈😂

Lahirnya sang penerus Avengers di masa depan 😂

Yang jelas saya merasa beruntung bisa melahirkan di klinik ini, bersama Bidan Erie beserta timnya yang luar biasa sabar dan baik hati. Membaca banyak kisah persalinan para ibu di luar sana, saya menyadari bahwa bisa mengalami persalinan gentle birth merupakan sebuah kemewahan. Nggak sedikit ibu-ibu yang persalinannya mengalami terlalu banyak intervensi hingga menyisakan trauma. Belum lagi yang harus berdebat dengan keluarga inti karena berbeda pendapat mengenai metode persalinan. Atau yang merasa cemas karena kehamilannya divonis A-B-C oleh provider-nya padahal ketika ditelisik lagi, masih banyak cara untuk mengupayakan persalinan yang nyaman bagi sang ibu. Alhamdulillah saya nggak salah pilih, seolah semesta mendukung pilihan saya untuk melahirkan di Bidan Erie. Setelah melihat sendiri bagaimana proses persalinan yang saya alami, keluarga saya bahkan sampai memuji-muji pelayanan yang diberikan di klinik Bidan Erie.

Setelah persalinan, saya diminta menginap selama 2 malam di sana untuk observasi ibu dan bayi, memastikan tidak ada gejala serius ataupun komplikasi. Menjalani rawat inap di sana lebih terasa seperti menginap di rumah saudara, sama sekali nggak terasa seperti di klinik. Kamar yang saya tempati terdiri dari 1 kasur single, 1 boks bayi, 1 lemari baju, 1 sofa bed, 1 meja kecil, dilengkapi AC dan kamar mandi dalam. Kalau di rumah sakit, setidaknya saya mungkin harus menjadi pasien kelas VIP untuk mendapatkan fasilitas seperti itu. 😅

Sebelum kami pulang ke rumah, foto dulu sama Bidan Erie 😅

Butuh waktu 40 hari lebih bagi saya sebelum berhasil menuntaskan cerita persalinan ini. Siapapun yang pernah melalui fase melahirkan dan menyusui newborn pasti paham bagaimana rasanya. 😅 Apalagi pasca melahirkan saya langsung pulang ke rumah sendiri, bukan ke rumah orangtua. Keluarga suami memang menemani kami di rumah tapi hanya sampai seminggu setelah kami pulang. Selebihnya saya dan suami yang 'babak belur' menyesuaikan pola tidur serta manajemen waktu bersama anak bayi yang konon posesifnya melebihi semua mantan dijadiin satu. Hahahaha.... 😂 Saya bersyukur anak kami lahir sesaat sebelum libur lebaran, jadi suami punya waktu lebih banyak untuk menemani saya di rumah dan turun tangan langsung dalam mengurus anak. Sekarang, insya Allah kami berdua semakin solid mengurus anak, udah nggak se-clueless dulu. Si anak bayi juga udah lebih kalem ketimbang minggu-minggu pertama usianya. Ketika melalui fase begadang dan kurang tidur, rasanya memang waktu berjalan sangat lama. Tapi sekarang ketika rumah mulai terasa sepi dari suara tangisan bayi, saya jadi kangen masa-masa dia masih bayi merah. 😂 Wajahnya terus berubah-ubah di setiap perkembangan usianya, tingkahnya pun makin ada-ada aja. Rasanya ingin terus mengabadikan setiap detik kebersamaan kami. :')

Hai dunia, perkenalkan anggota baru keluarga kami, Bilal namanya. Semoga ia tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, sholeh, baik hati dan budi pekertinya, serta bisa membawa kebaikan bagi diri sendiri serta orang-orang di sekitarnya. Aamiin.... 😇🙏

Foto keluarga pertama kami, beberapa hari sebelum Idul Fitri.

Share:

Surat untuk Jagoan Kecilku #3

Sumber ilustrasi: Freepik

Halo sayangku yang lagi sibuk cari jalan lahir... 😘

Nggak terasa ya sekarang usia kandungan Bunda udah mencapai 39 minggu. Waktu terakhir USG dokter bilang berat badan kamu udah 3,5 kilogram! 😱 Kamu mau nyaingin Ayah ya sayang? 😅 Dulu Ayah lahir dengan berat 4 kilogram dan sempat jadi pemegang rekor bayi baru lahir terbesar di kampungnya. 🤣 Tapi kalau bisa, kamu jangan sebesar itu ya. 🙈😂 Yang penting kamu sehat dan berat badan udah cukup.

Gimana keadaan di dalam sana sayang? Apa air ketubannya masih cukup untuk kamu leluasa bergerak? Apa nutrisi yang disalurkan kakak plasenta cukup untuk kebutuhan kamu? Apa ukuran panggul Bunda udah cukup lebar untuk kamu masuki? Apa kamu kesulitan menemukan jalan lahir? Atau justru kamu masih betah tinggal di perut Bunda? 😚

Persiapan Ayah dan Bunda dalam rangka menyambut kamu udah lengkap lho. Barang-barang kebutuhan kamu udah tertata rapi di dalam lemari. Baju, kain bedong, selimut, handuk, dan semua keperluan kamu udah dicuci bersih dan siap dipakai. Hospital bag yang akan dibawa ke tempat persalinan juga udah tersusun rapi di dalam mobil. Vaksin spesial yang akan langsung disuntikkan ke tubuh kamu sesaat setelah lahir juga udah siap sedia. Pokoknya, kapan pun kamu mau lahir, Ayah dan Bunda langsung sigap meluncur ke tempat Budhe Erie.

Sementara itu sambil menunggu gelombang cinta datang, yang bisa Bunda lakukan cuma terus berlatih di atas gym ball dan mempraktikkan gerakan yoga agar kamu lekas masuk ke panggul. Kalau selama ini Bunda sering mengeluh sakit pinggang dan sakit punggung, bukan berarti Bunda menyalahkan kamu ya, Nak. 😣 Bunda cuma seneng aja melihat kesigapan Ayah merawat Bunda dan berusaha mengurangi ketidaknyamanan yang Bunda rasakan. Hehehe... 🙈 Kalau sering dimanjain sama Ayah, hormon oksitosin rasanya langsung meningkat dan semoga dengan begitu kami pun semakin dekat dengan momen kelahiranmu. 🥰

Selama dua minggu terakhir Bunda menikmati masa-masa cuti, Bunda diberi banyak waktu untuk meresapi banyak hal yang patut disyukuri. Selain kehadiran kamu yang akan menjadi pusat alam semesta kami, Bunda bersyukur Ayah lah yang akan menemani hari-hari Bunda ke depannya. Dengan segala kekurangan dan kelemahan yang Bunda tunjukkan di depannya, nggak sedikit pun mengurangi kasih sayang dan perhatian yang Ayah curahkan untuk Bunda. Kita beruntung Nak, punya lelaki sepertinya di keluarga ini. Lelaki yang setiap hari menyapa kamu lewat perut Bunda. Lelaki yang dalam doanya tak pernah luput memohon keselamatan kita berdua. Lelaki yang nggak peduli seberat apapun harinya, selelah apapun tubuhnya, selalu bersedia menjadi tempat Bunda berkeluh kesah. Kamu beruntung, karena dia lelaki yang kelak akan kamu panggil Ayah. 💖

Sampai jumpa di dunia luar sayangku. Bunda dan Ayah udah nggak sabar ingin memeluk kamu dengan erat. 🤗


Salam sayang,

Bunda
Share:

Daftar Perlengkapan Melahirkan yang Harus Dibawa ke Rumah Sakit

Sumber ilustrasi: Freepik

Akhirnya saya memasuki usia kandungan 37 minggu yang artinya... saatnya cuti panjaaang ~ 😆 Mulanya saya berencana mengambil cuti setelah usia kandungan saya menginjak 38 minggu, supaya bisa lebih lama di rumah. Tapi apa daya, jarak dan waktu tempuh yang cukup panjang dari rumah ke kantor bikin saya khawatir kalau terjadi sesuatu saat saya sedang di perjalanan. Setidaknya saya butuh 45 menit perjalanan untuk naik KRL dan 45 menit naik ojek. Total 1,5 jam sekali jalan, 3 jam pulang pergi. 😂 Capek? Banget ~ 💆 Seandainya jarak dari rumah ke kantor hanya 15 menit, saya mungkin masih kuat kerja sampai usia kandungan 39 minggu sekalipun.

Terakhir kali saya konsultasi dengan dokter kandungan, ternyata si anak bayi kepalanya udah di bawah dan udah mulai turun ke panggul. Dokter memprediksi kemungkinan ia akan lahir 2 minggu lebih cepat dari HPL. Hal itu pula yang membuat saya dan suami memutuskan saya harus ambil cuti lebih awal. Apalagi masih banyak persiapan yang belum kami lakukan, terutama packing! 🤦‍♀️ Iya, peer saya masih banyak banget sebenernya, jadi kalau saya nggak cuti lebih awal, gimana mau selesai? 🤷‍♀️

Ngomong-ngomong soal packing, saya mau sharing barang-barang apa aja yang saya bawa untuk persiapan lahiran. Daftar barang ini saya kumpulkan dari berbagai sumber dan saya pilah lagi sesuai kebutuhan saya, semoga bisa membantu ibu-ibu lain yang juga lagi persiapan lahiran. Mungkin ke depannya daftar ini akan saya update berdasarkan pengalaman saat melahirkan nanti. 😅

Saya membagi barang-barang bawaan ke dalam 3 tas, dengan maksud biar nggak tercampur antara barang-barang saya dan barang-barang anak bayi yang ukurannya super mungil. 😂 Berikut ini daftar barang bawaan versi saya. 💁‍♀️

Perlengkapan Ibu
- Sarung dan kain jarik, kalau bisa dua-duanya lebih baik, salah satu aja juga nggak masalah. Fungsinya sih untuk menutupi segala keriweuhan yang mungkin terjadi saat ketuban udah mulai rembes atau mungkin pecah. Saya diberi tahu mama mertua bawa aja kain jarik tapi jangan yang masih bagus, karena nantinya pasti bakal berlumuran darah dan ketuban.
- Pembalut nifas: walaupun mungkin pihak rumah sakit sudah menyediakan, nggak ada salahnya bawa lagi karena katanya sih setelah melahirkan bisa-bisa harus ganti pembalut setiap jam.
- Cemilan: coklat, roti, kurma, susu, apapun makanan yang mudah dimakan saat lagi mules-mulesnya. Malah ayah saya menyarankan untuk sedia telur ayam kampung dan madu, fungsinya untuk menambah stamina. Sekarang sih ngebayangin rasanya kayak apa udah eneg duluan tapi ya siapa tahu berguna. 😅
- Sandal jepit: biar gampang lepas pasang dan gampang dicuci juga kalau kena rembesan ketuban.
- Baju yang akan digunakan untuk persalinan, jika pihak rumah sakit tidak menyediakan baju khusus.
- Baju dengan akses menyusui yang akan dipakai setelah persalinan, siapkan 2 buah per hari menginap.
- Baju untuk pulang dari rumah sakit.
- Kerudung/bergo instan (bagi yang berjilbab), kalau bisa yang ukurannya agak panjang supaya nyaman saat ada tamu pria atau kunjungan dokter.
- Bra menyusui dan pakaian dalam lain secukupnya.
- Stagen, korset, atau bengkung, mana aja yang paling cocok. Menurut penuturan teman saya yang baru melahirkan, pakai stagen bisa membantu mengurangi rasa ngilu di perut terutama saat menyusui.
- Toiletries & peralatan make up.
- Apron menyusui.
- Nipple cream: berguna saat awal-awal berusaha menyusui, seringkali puting lecet karena belum terbiasa.
- Handuk bersih.
- Plastik untuk baju kotor.

Perlengkapan Bayi
- Popok secukupnya (biasanya sudah disediakan oleh pihak rumah sakit)
- Kain bedong 4-6 buah
- Handuk bersih
- Baju + celana panjang 2 set
- Baju + celana pendek 2 set
- Kaos singlet atau gurita
- Jumper panjang/pendek 2-3 buah
- Topi 2 buah
- Kaos tangan + kaos kaki 3 set
- Selimut bertopi
- Gendongan
- Tisu basah
- Perawatan bayi (sabun + sampo, minyak telon, baby cream, baby lotion, dsb)
- Plastik untuk baju kotor

Perlengkapan Ayah
- Baju bersih (t-shirt/kemeja) secukupnya
- Jaket
- Sarung bersih
- Pakaian dalam secukupnya
- Celana panjang (untuk jaga-jaga kalau kena darah atau kotor)
- Handuk bersih
- Plastik untuk baju kotor
- Toiletries
- Fotokopi kelengkapan administrasi: KTP suami & istri, kartu keluarga, kartu asuransi, dll.
- Buku kontrol kehamilan
- Amplop khusus berisi uang tunai

Nah, itu tadi adalah perlengkapan melahirkan yang harus dibawa ke rumah sakit versi saya. Kalau semua perlengkapan sudah rapi, jangan lupa letakkan di satu tempat berdekatan agar nanti nggak ada yang ketinggalan. Lebih baik lagi kalau ada mobil, langsung aja semua tasnya ditaruh di dalam mobil. 😅 Kalau ada yang ingin menambahkan barang-barang lain siapa tau terlewat oleh saya, silakan tinggalkan komentar di bawah ya. Semoga bermanfaat![]
Share:

Surat untuk Jagoan Kecilku #2

Sumber ilustrasi: Freepik

Halo sayangku yang semakin hari tendangannya makin kuat. 😘

Terakhir kali Bunda menulis surat untuk kamu, usia kandungan Bunda baru 26 minggu. Sekarang Bunda baru menulis lagi di saat usia kandungan Bunda sudah hampir 36 minggu. Maaf ya, Sayang. 😣 Banyak hal yang terjadi selama satu bulan terakhir. Mungkin kamu belum paham sepenuhnya, tapi Bunda yakin kamu bisa ngerasain naik turunnya emosi dan energi Bunda. Malah Bunda bersyukur berkat kehadiran kamu (dan juga Ayah), Bunda dapat suntikan energi yang luar biasa kuat jadi masa-masa berat itu pun bisa dilewati.

Terakhir kali Ayah dan Bunda menjenguk kamu lewat USG, berat badan kamu udah mencapai 2165 gram. Kata dokter berat badan kamu masih normal, tapi Bunda tetap khawatir karena biasanya berat badan kamu di atas rata-rata kurva berat badan bayi, kali ini malah sedikit di bawahnya. Maaf ya Nak, gara-gara Bunda sakit berminggu-minggu jadi asupan makanan yang bisa kamu serap nggak sebanyak biasanya. 😔

Satu hal yang Bunda sesali, kenapa Bunda nggak mempersiapkan tubuh Bunda dengan lebih baik sebelum kamu hadir. 😢 Bunda khawatir dan ketakutan jika saat kamu lahir nanti, justru kamu yang harus menanggung akibat dari keteledoran Bunda selama ini dalam menjaga kesehatan. 😞 Semoga Allah SWT mendengar doa yang Bunda panjatkan setiap hari, agar kamu terlahir sehat dan sempurna, dengan daya tahan tubuh yang luar biasa. Aamiin ya Allah....

Dunia ini kotor dan penuh hal-hal buruk Nak, kelak saat kamu lahir kamu akan merasakan bahwa dunia nggak senyaman di dalam rahim Bunda. Memang sudah semestinya seperti itu. Mungkin kamu akan banyak menangis dan merindukan kenyamanan rahim Bunda. Tapi jangan khawatir karena Ayah dan Bunda akan selalu mendampingi, melindungi, dan membimbing kamu hingga kamu bisa berdiri di atas kakimu sendiri. Bahkan saat kamu pikir kamu sudah cukup dewasa dan sepenuhnya mandiri, Ayah dan Bunda masih akan ada di dekatmu. Tidak terlalu dekat untuk membuatmu merasa terkekang, tapi juga tidak terlalu jauh kalau-kalau kamu masih butuh bimbingan.

Insya Allah, satu bulan lagi kamu akan lahir ke dunia ini. Kalau boleh jujur, yang Bunda rasakan sekarang adalah rasa gugup. Iya, Bunda gugup sekali mau ketemu dengan jagoan Bunda. Bunda nggak tau apa yang akan kamu rasakan setelah melihat siapa yang akan menjadi orangtuamu di dunia. Semoga kamu mau bersabar menghadapi Ayah dan Bunda yang masih belajar bagaimana caranya menjadi orangtua. Kita belajar sama-sama ya, Nak. Ajari Bunda bahasa cintamu, bahasa laparmu, bahasa lelahmu, pokoknya semua bahasamu.

Oh iya, Ayah mungkin nggak bisa menulis surat seperti Bunda, tapi dia selalu titip salam untuk kamu. Kata Ayah, yang rajin ya latihan tendangan macan dan tendangan pisangnya. Nanti kalau kamu udah lahir, ayah mau lihat seberapa kuat tendangan kamu.

Salam sayang,

Bunda
Share:

Our Short Babymoon: Menjajal AirBNB di Paris Van Java

Salah satu pojokan di Pavilion Garden tempat kami menginap.

Sejak dulu saya selalu suka naik kereta api jarak jauh, entah kenapa bagi saya perjalanan naik kereta terasa lebih romantis ketimbang moda transportasi lain, terlepas dengan siapa saya bepergian. Saya pernah naik kereta ekonomi dari Stasiun Pasar Senen sampai Surabaya Gubeng selama belasan jam seorang diri. Meski harus menahan pegal di sekujur tubuh karena bangku yang kurang nyaman, bagi saya perjalanan itu tetap terasa istimewa. Itu sebabnya sejak sebelum menikah saat saya dan suami merencanakan bulan madu, saya kepingiiiiin banget bisa naik kereta. Tapi ternyata saat itu kondisinya kurang memungkinkan, jadi keinginan saya pun terpaksa ditunda.

Nah setelah menikah, saya dan suami kembali merencanakan liburan berdua sebelum jagoan kami launching ke dunia. Lagi-lagi saya membujuk suami untuk naik kereta api jarak jauh. Akhirnya suami saya setuju, tapi dia nggak mau naik kereta yang jaraknya terlalu jauh kayak ke Solo, Yogyakarta, apalagi Surabaya atau Malang. Khawatirnya karena perjalanan yang memakan waktu hingga belasan jam membuat saya kelelahan di jalan sehingga kurang menikmati liburan. Dipikir-pikir iya juga sih, apalagi memasuki trimester ketiga saya mulai dilanda sakit punggung, pinggang, nyeri sendi dan sebagainya. Saya nggak mau ambil resiko jadi pilihan destinasi kami pun jatuh ke kota Bandung. 😂 Dari segi lokasi nggak jauh-jauh banget, perjalanan naik kereta pun hanya makan waktu sekitar 3,5 jam. Kebetulan salah satu sahabat saya juga tinggal di sana dan kami belum sempat bertemu lagi sejak saya menikah. Jadi short babymoon ke Bandung ini memang punya banyak nilai plus.

Tiket kereta api Argo Parahyangan pulang pergi sudah kami pesan lebih dari 1 bulan sebelum keberangkatan. Kami khawatir kalau berlama-lama akan kehabisan tiket karena tanggal yang kami pilih bertepatan dengan long weekend. Kami berencana menginap 2 malam, tapi pengen dapet suasana pegunungan sekaligus suasana kota. Jadi solusinya adalah menginap di dua tempat yang berbeda. 😅 Setelah berselancar ke sana-sini akhirnya kami memutuskan akan menginap semalam di daerah Dago Pakar dan semalam lagi di daerah Sukajadi.

Pavilion Garden di Sukajadi

Kalau sebelumnya saya selalu memesan hotel lewat platform Traveloka, Booking, atau Agoda, kali ini saya ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Untuk pertama kalinya saya memesan penginapan lewat AirBNB. Sebenarnya sih udah beberapa kali saya mau jajal platform yang satu ini, tapi nggak pernah kebetulan dapet yang pas, apalagi saya juga perginya sama teman jadi nggak bisa ambil keputusan sendiri. Kali ini karena suami saya orangnya pasrahan, makanya saya yang ambil keputusan dan dipilihlah Pavilion Garden. Lokasinya cukup strategis di daerah Sukajadi, cuma 5 menit ke Cihampelas Walk dan 13 menit jalan kaki ke Paris Van Java. Harga sewanya? Cuma $16 per malam, yeaaay! 😆 Nah, ini foto-foto yang saya dapat dari website AirBNB sehingga bikin saya dan suami menjatuhkan pilihan untuk menginap di sini.

Ruang makan di sisi kebun, sekaligus pintu menuju kamar kami (foto dari website AirBNB).

Ruang tamu di rumah utama yang hanya bisa diakses pukul 07.00 - 17.00 WIB (foto dari website AirBNB).

Tempatnya sih sederhana, namun dari review para tamu yang menginap di sana, Pavilion Garden terkenal karena keramahan host-nya dan suasananya yang sangat homey. Hal ini saya rasakan saat menginjakkan kaki di sana. Kamar yang saya tempati memang nggak terlalu luas hanya sekitar 3 x 3 meter persegi, kasurnya kurang lebih seukuran queen size yang pas untuk ditempati berdua, tapi selebihnya cukup nyaman. Kamar kami punya akses masuk sendiri lewat halaman samping jadi nggak terhubung dengan rumah utama. Namun rumah utama terbuka untuk dimasuki tamu penginapan mulai pukul 07.00 - 17.00 WIB. Di dalam kamar nggak ada AC, hanya ada kipas angin, karena Bandung sendiri udah cukup sejuk bahkan cenderung dingin pada malam hari. Kamar mandinya ada di dalam kamar, jadi cukup private lah. Tersedia sabun cair, shampoo, dan juga dua buah handuk untuk kami. Koneksi wifi-nya lumayan cepat, TV kabelnya pun berfungsi dengan baik.
Interior kamar Pavilion Garden yang super lucu 😍
Sudut lain dari kamar kami di Pavilion Garden.
Kamar mandi yang mungil tapi bersih dan dilengkapi air panas serta peralatan mandi.

Sejak awal kami udah tau dari review para pengunjung sebelumnya bahwa penginapan ini terletak persis di sebelah masjid besar yang cukup aktif. Selain mengumandangkan adzan pada jam-jam sholat, masjid ini juga mengadakan pengajian rutin yang speaker-nya lumayan kenceng. Memang sedikit mengganggu sih, tapi yaudahlah yaa, masih banyak nilai lebih dari penginapan ini yang kami sukai... 😂 Ketika tiba waktunya sarapan, saya cukup terkejut melihat menu yang disajikan banyak banget, bahkan melebihi ekspektasi saya. Tersedia nasi goreng yang bahkan tanpa lauk pendamping pun rasanya udah enak banget. Ada juga roti gandum yang masih hangat kayak baru keluar dari panggangan, dilengkapi selai stroberi, selai nanas, juga meisses dan margarin. Minumannya ada teh dan kopi instan yang tinggal diseduh. Bahkan mereka juga menyediakan sereal sekaligus susu coklat. Untuk ukuran homestay, ini sarapan versi lengkap banget. 😂 Saya nyesel cuma makan nasi gorengnya sepiring berdua sama suami. Habisnya kami nggak enak masa udah makan nasi goreng dan juga roti dengan potongan besar, masih mau nambah lagi? 🙈😂

Tempat sarapan di halaman samping, persis depan pintu kamar kami.

Satu hal yang saya sesalkan adalah, di hari Sabtu rumah utama ternyata full booked untuk sesi pemotretan pre wedding. Saya tahu sih kalau penginapan ini memang disewakan juga untuk sesi pemotretan, tapi saya nggak menyangka kalau jadwalnya akan sepadat ini sampai-sampai saya yang menginap di sini nggak berkesempatan untuk foto-foto. Sekitar pukul 8 saat kami sarapan, datang sekitar 5-6 orang, terdiri dari pasangan yang mau foto pre wedding beserta tim fotografernya. Kami pikir kalau kami pergi jalan-jalan dulu sekaligus beli oleh-oleh mungkin saat pulang nanti sesi foto mereka udah selesai. Nyatanya begitu kami kembali ke penginapan sekitar pukul setengah 3 sore, makin banyak orang yang berkumpul di rumah utama dengan pasangan yang berbeda. Okay... Jadi harapan kami untuk foto-foto di rumah utama kandas sudah. 😔 Kami cuma sempat foto-foto di dalam kamar dengan space terbatas dan sedikit mengabadikan interior di rumah utama.

Ruang makan di rumah utama.

Dapur bersih di rumah utama yang desainnya cantik banget.

Tapi di luar itu semua, secara keseluruhan kami mendapatkan pengalaman menginap yang menyenangkan di sini. Malah kami nyesel kenapa nginepnya cuma semalam, mestinya mungkin dua malam aja supaya lebih puas. 😆 Kalau nanti kami berkesempatan liburan ke Bandung lagi, kami pasti mau kembali menginap di Pavilion Garden.

Nilai: 8/10

Share:

Daftar Belanja untuk Persiapan Melahirkan dan Menyusui

Sumber ilustrasi: Freepik

Menjelang akhir trimester kedua, saya mulai pusing memikirkan perintilan kebutuhan saya sebagai calon ibu sekaligus si jabang bayi. Jujur aja sampai dengan minggu ke-27 ini saya belum beli baju atau celana baru sesuai dengan ukuran tubuh saya (yang semakin membulat 😂), bahkan bantal hamil pun engga. Semua baju dan celana yang saya pakai masih baju dari zaman gadis, walaupun memang sih pilihan saya makin sedikit jadi bajunya pun itu lagi itu lagi. Sedangkan bantal hamil masih bisa saya siasati dengan menaruh bantal dan guling menempel ke tembok, jadi saya tidur menghadap ke kiri sementara punggung saya ditopang bantal dan guling tersebut. Suami saya paksa untuk tidur di tengah-tengah dalam keadaan telentang jadi saya bisa tidur sambil peluk lengannya. 🙈😂 Saya nggak tau sampai kapan keadaan ini bisa dipertahankan, tapi yang jelas saya masih nyaman tidur dengan posisi begini. Cuma memang kasihan sih suami saya sering jadi korban karena saya tidurnya makin nggak bisa diam. 😂

Nah, berhubung saya orangnya detail banget kalau mempersiapkan segala sesuatu, saya nggak tahan kalau nggak bikin shopping list versi sendiri. Sebetulnya bagi saya ini sangat membantu untuk mengetahui berapa perkiraan biaya yang harus saya siapkan sekaligus mempermudah pengajuan proposal ke suami. 😂 Biasanya saya sudah melengkapi daftar belanja ini dengan merk dan jenis barang seperti apa yang saya inginkan, bahkan kadang-kadang sama nama tokonya juga jadi nggak perlu pusing nyari-nyari lagi. Well, saya yakin saya nggak sendirian menghadapi momen seperti ini, jadi saya mau berbagi dengan para calon ibu di luar sana. Berikut ini adalah daftar belanja untuk persiapan melahirkan dan menyusui berdasarkan pengelompokkan jenis barang. 😁


Perlengkapan Ibu
  1. Dress/kemeja/blus busui
  2. Kalau dulu pilihan baju yang busui friendly mungkin hanya sebatas akses kancing atau resleting depan, sekarang pilihannya makin beragam dan makin memudahkan proses menyusui. Banyak model baju khusus busui yang akses menyusuinya bener-bener langsung ke payudara. Jadi tanpa pakai apron menyusui pun para ibu bisa bebas menyusui di mana aja tanpa khawatir payudaranya akan terekspos. Salah satu online shop yang menjual baju-baju seperti ini adalah @iymelsayshijab yang udah sejak lamaaaa banget saya incer. Tapi harus siap-siap rebutan ya soalnya mereka terkenal dengan sistem jualan langsung ludes dalam waktu kurang dari semenit. 😂
  3. Daster/piyama busui
  4. Kalau tadi baju khusus untuk bepergian, yang ini baju khusus untuk di rumah. Karena lebih santai, baju apapun asal ada kancing atau resleting depan sah-sah aja kok.
  5. Bra menyusui
  6. Sebenarnya wajib nggak wajib sih, ada ibu-ibu yang cenderung lebih nyaman menyusui dengan menurunkan bra ketimbang pakai sistem buka tutup. Kalau saya mikirnya sayang aja, daripada merusak bra karena busanya ditekuk-tekuk terus, mendingan saya beli bra khusus menyusui.
  7. Apron menyusui
  8. Ini juga opsional. Kalau merasa cukup dengan baju menyusui ya silakan. Tapi kalau saya pribadi, daripada baju-baju sebelum hamil nantinya banyak yang nggak terpakai, kayaknya lebih baik punya apron juga. Bisa juga dipakai kalau lagi di rumah dan ada saudara laki-laki, daripada malu dan risih kan mending pakai apron. Hehehe....
  9. Bengkung/stagen/korset
  10. Ini wajib banget kalau pengen bentuk tubuh kembali kayak pas masih gadis. 😂 Ada banyak macam bahan dan model, sesuaikan aja sama yang paling nyaman ya. Karena kalau mau benar-benar ngefek harus dipakai terus menerus lho. 😅
  11. Pembalut nifas
  12. Beda yah sama pembalut biasa, ukurannya rata-rata 40-45 cm. Saya juga nggak tau darah nifas itu biasanya sebanyak apa. Jadi yaa, ikutin aja deh. 😅
  13. Gendongan bayi
  14. Saya sebetulnya punya banyak kain jarik yang dikasih sama Mama mertua waktu baru nikah, tapi gimana yaa, saya nggak bisa pakainya. 😂 Syukur alhamdulillah sekarang gendongan bayi ada berbagai macam pilihan untuk memudahkan ibu baru. Sampai sekarang saya belum tau mau beli yang mana, jadi bisa survey sendiri ya.
  15. Diaper bag/cooler bag
  16. Ada banyak pilihan model diaper bag, sejauh yang saya tau ada model backpack, sling bag, dan tote bag. Kalau dari review yang saya baca, model diaper bag yang paling banyak dicari adalah backpack. Mungkin pertimbangannya karena model ini memungkinkan tangan kita bebas dua-duanya, jadi walaupun sambil dorong stroller atau gendong bayi, kita nggak kerepotan membawa tas lagi. Selain itu juga, model backpack dengan warna-warna netral seperti hitam, cokelat, atau abu-abu banyak disukai karena para ayah nggak tengsin kalau harus bantu bawain tas seperti itu. 😜 Saya sendiri naksir sama GabaG Backpack Series yang Bima atau Ramada, keduanya memiliki kotak penyimpanan ASIP di bagian bawah dan bisa dibongkar pasang. Selain GabaG masih banyak merk lain dari yang harganya kisaran ratusan ribu bahkan sampai jutaan. Silakan pilih sesuai selera dan kemampuan yaa... 😜
    Sumber: Official Instagram GabaG Indonesia
  17. Gym ball
  18. Yang satu ini juga opsional, tapi dari yang saya baca di Instagram @bidankita, jika berencana melahirkan pervaginam disarankan mulai latihan pakai gym ball sejak usia kandungan 32 minggu. Gym ball ini fungsinya banyaaak banget, nggak cuma sekadar latihan atau menurunkan kepala bayi ke dalam panggul, tapi juga bisa membantu mengurangi rasa sakit saat proses kontraksi.
Sumber ilustrasi: Amazing Dreamz
    Perlengkapan Menyusui
    1. Pompa ASI (manual/elektrik)
    2. Entah akan menjadi working mom atau stay at home mom, rasa-rasanya pompa ASI ini perlu banget terutama untuk meningkatkan dan menjaga produksi ASI. Berdasarkan pengalaman teman-teman saya, pompa ASI itu cocok-cocokan. Yang merknya terkenal dan harganya mahal belum tentu cocok di kita. Contohnya teman saya awalnya beli pompa ASI elektrik merk Avent seharga 1,5 juta tapi ternyata buat dia nggak enak. Sedotannya kurang kencang jadi payudara nggak sampai benar-benar kosong. Akhirnya dia beli pompa ASI manual merk Medela seharga 450 ribu dan ternyata cocok sampai sekarang. Dari situ saya mikir kayaknya mending saya beli pompa ASI manual dulu. Syukur-syukur kalau langsung cocok jadi nggak perlu coba-coba lagi yang lain. Daripada udah terlanjur beli pompa ASI elektrik yang harganya jutaan tapi ternyata nggak cocok kan pedih. 😂
      Kiri: pompa ASI elektrik, kanan: pompa ASI manual.
    3. Botol/kantung ASIP
    4. Delapan tahun lalu saya lihat teman kantor saya kalau habis memompa bawaannya berat banget karena berbotol-botol. Tapi sekarang saya lihat lebih banyak yang pakai kantung ASIP karena lebih praktis dan nggak makan tempat. Memang sih kalau botol bisa dicuci lalu dipakai lagi jadi lebih ramah lingkungan. Tapi semuanya balik lagi ke pilihan masing-masing ya...
    5. Sikat/spons botol bayi
    6. Walaupun di rumah udah ada sikat atau spons pembersih botol, baiknya sih tetep beli lagi yang khusus untuk botol bayi supaya nggak tercampur sama spons lain yang mungkin udah kena macam-macam sisa makanan. Eeewww....
    7. Breast pad
    8. Ketika produksi ASI udah makin banyak, biasanya sering terjadi kebocoran yang nggak diinginkan. Jadi buat jaga-jaga sebaiknya kita nyiapin breast pad.
    9. Nipple cream
    10. Yang ini opsional sih, soalnya saya tanya ke teman yang udah pengalaman sebetulnya air liur bayi sendiri bisa menyembuhkan luka di puting susu yang lecet. Tapi kalau tetap mau beli pun nggak apa-apa, pastikan cek dulu kandungannya aman ya.
    11. Booster ASI
    12. Ini juga opsional, siapa sih yang nggak mau ASI-nya mengucur deras kayak air mancur? Tapi yang namanya menyusui kan kita nggak tau nanti ke depannya gimana. Jadi ada baiknya jaga-jaga nyetok booster ASI sebelum melahirkan supaya kalau produksi ASI kita dirasa masih kurang bisa langsung disikat. 😅
    13. Sterilizer/panci khusus
    14. Entah mau menyusui langsung atau pakai alat (dot/cup feeder), perintilan pompa ASI kan tetap harus dicuci dan dibersihkan ya. Kalau punya uang lebih bisa beli sterilizer khusus (yang harganya lumayan mahal 😂), atau bisa juga pakai cara lama dengan merebusnya. Saya belum tau bakal butuh alat ini atau engga, tapi panci bisa digunakan untuk memasak air mandi juga. Ya kecuali di rumahnya udah ada pemanas air otomatis itu sih lain cerita. 😅
    Perlengkapan Pakaian Bayi
    Akhirnya masuk juga ke part keperluan bayi. 😅 Untuk perlengkapan pakaian bayi kayaknya cukup jelas yaa, jadi nggak perlu dijelasin satu per satu. Saran dari teman-teman di sekeliling saya, jangan banyak-banyak beli baju bayi, soalnya nanti pasti banyak yang ngasih kado, belum lagi anak bayi juga tumbuh dengan cepat. Sering kejadian ada baju yang bahkan belum sempat dipakai tapi udah keburu nggak muat, kan sayang. 💆
    1. Popok bayi (popok sekali pakai/cloth diaper)
    2. Balik lagi ke pilihan pribadi sih, ada yang lebih suka pospak demi kepraktisan dan menjaga kewarasan, ada juga yang idealis nggak mau menambah polusi terhadap lingkungan karena konon sampah pospak itu baru bisa terurai setelah ratusan tahun. 😰 Jujur masih bingung mau yang mana, tapi kayaknya saya mau coba dua-duanya. Bismillah semoga bisa istiqomah pakai clodi.
      Sumber foto: Firstcry.com
    3. Kaus kaki
    4. Sarung tangan
    5. Kain bedong
    6. Selimut bayi
    7. Sapu tangan dan bib
    8. Baju tangan panjang
    9. Baju tangan pendek
    10. Celana panjang
    11. Celana pendek
    12. Jumper panjang
    13. Jumper pendek
    Perawatan Bayi
    1. Baby oil
    2. Baby lotion
    3. Baby cologne
    4. Baby cream
    5. Minyak telon
    6. Thermometer
    7. Penting banget buat memantau suhu tubuh bayi. Soalnya kalau tanpa thermometer kita cuma bisa mengira-ngira berapa suhu badan bayi ketika mereka demam. Supaya kita tau jaga kapan mesti khawatir dan membawa bayi ke dokter.
    8. Sisir/sikat rambut
    9. Gunting kuku bayi
    10. Pembersih gigi/mulut
    11. Bukan sikat gigi ya, tapi pilih yang modelnya bisa dimasukkan ke jari ibu dan bahannya lembut, jadi cukup kita sikat halus bagian lidah bayi.
    12. Penyedot ingus
    13. Tisu basah dan kering
    14. Cotton buds
    15. Sebetulnya menurut dokter membersihkan bagian dalam telinga bayi itu berbahaya, jadi mungkin cotton buds hanya digunakan untuk membersihkan bagian luar telinga bayi dan juga lubang hidung bayi.

    Perlengkapan Mandi
    1. Bak mandi
    2. Dari yang pernah saya baca, sebaiknya pilih bak mandi yang bentuknya standar dan umum aja supaya jangka waktu pakainya lama.
    3. Jaring mandi
    4. Jujur saya baru tau ada yang namanya jaring mandi. 😂 Awalnya saya kira ini nggak penting-penting amat. Tapi saya pernah baca bahwa jaring mandi membantu banget untuk meningkatkan kepedean orangtua dalam memandikan bayi baru lahir. Selain fungsi utamanya tentu untuk menjaga bayi nggak sampai tenggelam. Berhubung saya orangnya parnoan, jadi sebaiknya saya punya jaring mandi walaupun mungkin cuma terpakai sebentar, toh harganya pun nggak terlalu mahal.
    5. Sampo bayi
    6. Sabun bayi
    7. Perlak/alas ompol bayi
    8. Handuk bayi
    9. Washlap
    Perlengkapan Tambahan
    1. Bantal dan guling
    2. Ranjang/boks bayi
    3. Yang satu ini opsional sih, karena banyaaak banget saya baca pengalaman orang bahwa akhirnya boks bayi ini nggak terpakai karena ibu lebih memilih bayi tidur bersama di ranjang orangtua. Saya sendiri memilih untuk nggak beli, karena alasan keterbatasan tempat dan juga upaya mencegah pemborosan. 😂 Daripada nantinya udah beli mahal-mahal tapi nggak terpakai? Mungkin lebih baik langsung aja saya beliin ranjang besar untuk anak-anak saat usianya udah cukup besar untuk tidur sendiri. Biar saya pikirkan lagi nanti deh. 😅
    4. Pelindung matras
    5. Walaupun bayi udah tidur di atas alas ompol, tapi nggak menutup kemungkinan lho mereka guling-guling ke sana sini kalau makin besar nanti. Untuk yang satu ini sih permintaan khusus dari suami saya karena dia nggak mau banget kalau kasur kami sampai rusak karena keseringan kena ompol. 😂
    6. Laci pakaian
    7. Satu yang sering terlupa, setelah beli perlengkapan bayi yang segitu banyaknya, apakah kita udah menyediakan tempat penyimpanan yang layak di rumah? Kecuali memang ada space kosong untuk menyimpan barang-barang bayi ya. Tapi kalau belum ada, sebaiknya kita juga nggak lupa beli lemari khusus, daripada baju-baju bayi berceceran di keranjang cucian kan malah berantakan.
    8. Stroller
    9. Ini pun opsional. Sampai sekarang saya masih belum ngerasa perlu beli stroller, tapi suami saya ngebeeeet banget pengen punya. Hadeeeh... 💆 Saya khawatirnya nanti udah beli stroller eh ternyata anaknya nggak betah, lah repot. Jadi mungkin solusinya bisa coba menyewa stroller dulu untuk test drive, apakah memang kita butuh dan anak kita juga mau, atau cuma sekadar kepinginnya orangtua aja. 😂
    10. Vacuum cleaner
    11. Kalau udah punya sih bagus, tapi saya masukkan di sini karena saya belum punya. 😂 Sebenernya bisa dibilang saya kena racun gara-gara follow Instagram @buy.asikubanyak. 🙈😂 Mereka jualan produk Kurumi UV Vacuum yang juga dipakai sendiri oleh adminnya. UV Vacuum ini bentuknya relatif kecil dan juga portabel, bisa digunakan untuk menyedot debu dan tungau yang ada di kasur, sprei, bantal, guling, gorden, boneka, dsb. Kasur yang kita lihat bersih setelah disedot oleh Kurumi ternyata tungaunya banyaaaak banget. Tungau ini yang sering jadi penyebab anak bayi mengalami alergi dan gatal-gatal. Harganya sekitar 865 ribu rupiah, cukup terjangkau jika dibandingkan harus memanggil jasa penyedot debu dan tungau yang sekali panggil bisa kena biaya 400-500 ribu. Jadi yaa, anggap aja saya juga lagi menebar racun di sini. 😜🙈😂

    Well, mungkin segitu dulu ya daftar barang-barang yang dibutuhkan untuk persiapan melahirkan dan menyusui. Mungkin terlalu banyak? Atau mungkin ada juga yang beranggapan terlalu sedikit? Semua kembali lagi ke kebutuhan dan pilihan masing-masing. Tulisan ini masih mungkin saya perbarui seiring pengalaman saya ke depannya, soalnya sekarang yang saya lakukan baru membuat daftar, belum mulai belanja. Hehehehe.... 🙈

    Semoga bermanfaat!
    Share:

    Surat untuk Jagoan Kecilku #1

    Sumber ilustrasi: Freepik

    Halo Nak, saat Bunda menulis surat ini untuk kamu, usia kandungan Bunda baru 26 minggu 2 hari. Kalau menurut aplikasi The Asian Parent, otak besarmu terus berkembang dengan cepat dan aktivitasnya tinggi. Gelombang otakmu juga mirip dengan bayi yang telah lahir. Kurang lebih ukuranmu saat ini sebesar selada dengan panjang 35,5 cm dan berat 762 gram. Tapi Bunda yakin, berat kamu pasti lebih dari itu. Hihihi.... Pantesan aja kian hari Bunda makin susah gerak, saat bangun tidur pun rasanya persendian semakin ngilu. Tapi Bunda selalu bangun dalam keadaan happy dan segar karena bisa mendahului alarm. Iya, sekarang alarm Bunda adalah tendangan kamu yang makin kuat. 😘

    Meski Bunda tahu bahwa sejak usia kandungan 15 minggu kamu mulai bisa mendengar, Bunda masih bertanya-tanya sebenarnya seberapa banyak yang kamu dengar selama ini? Apa kamu bisa dengar suara sendawa Bunda setelah kenyang makan yang pasti bikin ilfil? 🙈 Apa kamu dengar suara Ayah saat melantunkan shalawat? Apa kamu dengar suara Bunda saat membacakan cerita dari buku Kisah-kisah Aku dan Ayah? Apa kamu dengar suara Ayah yang suka ngajak kamu ngobrol sebelum tidur? Apa kamu dengar suara Bunda saat mengaji? Apa kamu dengar suara bising kendaraan yang lalu lalang di jalanan setiap Bunda pergi ke kantor? Apa kamu dengar saat Ayah dan Bunda bertengkar dengan suara tinggi? 😔 Kalau iya, Bunda minta maaf ya.... 😢

    Berat badan Bunda udah naik 12 kilogram sejak awal kehamilan. Awalnya Bunda takut berat badan kamu berlebihan yang mungkin akan berakibat pada sulitnya proses melahirkan nanti. Namun kata Bidan Erie, berat badan kamu masih normal kok. Tapi Bunda diultimatum supaya lebih banyak makan sayuran dan mengurangi makanan yang asin-asin, karena kaki Bunda jadi bengkak. Huhuuu....

    Oh iya, Ayah juga semakin lancar nyetir mobilnya. Selama beberapa minggu terakhir Bunda selalu menemani Ayah latihan nyetir pakai mobil Mbah Putri. Ayah yang tadinya masih kaku dan sering bikin mesin mobil mati karena panik, sekarang udah nggak gitu lagi. Iya, salah satu resolusi Ayah sebelum kamu lahir adalah Ayah harus udah lancar nyetir dan punya SIM A. Supaya nanti kalau kamu udah ngasih kode buat pergi ke bidan, kita nggak perlu sewa mobil orang lagi, biar Ayah yang nyetir sendiri. Hihihi....

    Selain itu, Ayah juga makin jago masak lho. Kalau dulu sebelum kami tau Bunda lagi mengandung kamu, Ayah cuma bisa goreng lauk aja sama masak nasi goreng, sekarang udah banyak jenis makanan yang bisa Ayah buat. Katanya, supaya nanti kalau kamu udah lahir, Bunda bisa makan makanan yang enak, nggak cuma makan telur dadar aja. 😂

    Nak, Bunda senang kamu sekarang lagi aktif-aktifnya bergerak di perut Bunda, sampai-sampai tendangan kamu terasa di segala penjuru. 😂 Tapi Bunda minta, kalau habis muter-muter di perut Bunda, kamu balik lagi ke posisi semula ya, iya posisi kepala di bawah. Kata Bidan Erie posisi kepala kamu udah ada di bawah sejak usia kandungan 24 minggu. Tapi karena kamu masih kecil, kamu masih leluasa buat muter-muter lagi ke atas. Kita kerjasama ya Nak, bantu Bunda melahirkan kamu dengan nyaman saat tiba waktunya nanti. 😘

    Waktu istirahat Bunda udah habis, nanti Bunda lanjut lagi ya di surat berikutnya. Di usia berapapun kamu bisa membaca surat ini, semoga kamu selalu ingat bahwa kamu sangat dinanti-nanti dan dikelilingi cinta sedemikian besar. Bukan cuma sama Ayah dan Bunda, tapi juga sama Mbah Putri, Mbah Kung, Akin, dan juga Enin. Dan masih banyak lagi yang udah nggak sabar mau ketemu kamu. Semoga kamu juga mencintai diri kamu sendiri seperti kami mencintai kamu.


    Salam sayang,

    Bunda
    Share:

    The 5 Love Languages: Pahami Bahasa Cintamu

    Sumber gambar: The Idealist

    Beberapa tahun yang lalu ketika masih menyandang status jomblo dengan bangganya, saya diberi rekomendasi film berjudul He's Just Not That Into You oleh sahabat saya. "Nih, lo tonton deh sampai tamat, kalau perlu lo ulang-ulang terus biar pesannya nempel di alam bawah sadar," demikian kata sahabat saya. Mungkin saking kesalnya dia melihat saya berkali-kali kesandung atau tersesat di jalan yang salah dalam memilih pendamping. 😂 Atau mungkin juga karena gerah mendengar curhatan saya yang nggak habis-habis pasca ditinggal/meninggalkan gebetan. 😌

    Mungkin sebagian ada yang masih roaming, film apa sih yang saya maksud? He's Just Not That Into You adalah film komedi romantis yang diambil dari sudut pandang 5 wanita dan 4 pria, intinya berkutat pada masalah klasik kesalahpahaman antara pria dan wanita. Tapi saya nggak akan bahas film itu lebih jauh lagi, kalau penasaran silakan cari sendiri karena filmnya tayang sepuluh tahun yang lalu. Ehehe...

    Salah satu tokoh dalam film itu adalah Beth (Jennifer Aniston) yang udah pacaran selama 7 tahun dengan Neil (Ben Affleck). Beth galau karena sang adik perempuan akan segera melangsungkan pernikahan sedangkan hubungannya dengan Neil belum ada tanda-tanda mau dibawa ke jenjang lebih jauh karena Neil nggak percaya sama pernikahan. Ia percaya bahwa dengan berkomitmen dan mencintai Beth sepenuh hati udah lebih dari cukup baginya. Tapi ternyata Beth berpendapat lain. Ketika Beth mendesak Neil dengan pertanyaan kapan dia mau menikahi Beth, Neil nggak bisa jawab. Akhirnya mereka pun berpisah walaupun masih sama-sama sayang. 💔

    Selama periode break itu mereka menjalani hidup masing-masing, termasuk bagi Beth harus menghadiri pernikahan adiknya sendirian sementara yang lain punya gandengan. Pada saat itulah ayah Beth mengalami serangan jantung, tapi syukurnya masih selamat. Nah, pada hari-hari pasca pesta pernikahan itu Beth harus mengurus rumah serta ayahnya sendirian, padahal di rumah itu juga ada saudara perempuan beserta para suaminya. Nggak ada satu pun yang ngebantuin Beth, cowok-cowok itu malah asyik nonton TV atau main games, sedangkan Beth ngerjain laundry, masak, cuci piring, belanja bahan-bahan, dan lain-lain seorang diri. Ketika Beth udah ngerasa capek setengah mati dan bener-bener kewalahan, dia masuk ke dapur dan kaget mendapati Neil berdiri di tengah-tengah dapur yang udah bersih.


    Aaaawww...... :')

    Respon saya ketika nonton adegan itu adalah... "Kapan punya pacar kayak Neil, ya Allah? Mau satu please yang kayak gini baiknya." 😍😂 Ya maklum aja namanya juga waktu itu lagi jomblo. Hahaha.... 😂

    Beth akhirnya menemui Neil keesokan harinya yang mesti tinggal di kapal sejak mereka putus. Di situ Beth bilang, dia menyadari bahwa tanpa harus menjadi suaminya pun Neil punya husband quality berkali-kali lipat dibandingkan suami-suami saudara perempuannya. Dan untuk itu Beth sangat bersyukur punya Neil yang sayang sama dia sepenuh hati, akhirnya mereka pun balikan. Yeay!

    Sebagai orang yang hasil tes 5 Love Languages-nya adalah acts of service, nggak aneh kalau adegan ini menyentuh banget buat saya. Yap, menurut Om Gary Chapman, orang yang memiliki bahasa cinta acts of service akan sangat menghargai bantuan sekecil apapun yang dilakukan oleh pasangannya. Kalau waktu masih pacaran, saya gampang banget meleleh sama bantuan sederhana dari pasangan saya. "Aku temenin ke ..... ya?" "Sini aku aja yang bawain." "Nih dimakan rotinya ya, kamu pasti belum sarapan." "Aku udah beli susu buat kamu juga." "Aku udah daftarin nama kita berdua, masuk nggak ke email kamu?" Dan masih banyak lagi hal-hal sederhana yang mungkin bagi orang lain biasa aja, tapi bagi saya justru hal-hal itu yang sampai ke hati. Karena salah satu cara saya menunjukkan perhatian pada orang yang berarti bagi saya juga dengan melakukan hal-hal seperti itu. Sayangnya mungkin bahasa cinta saya ini sering salah alamat sehingga kurang diapresiasi dan mendapat timbal balik dari orang-orang sebelumnya. Now I know why it didn't work out with anyone else. 🙈😆

    Setelah tinggal bersama kurang lebih 6 bulan (iyaaa, iyaaa, tauuuuu, masih penganten baru kaaaan 😂), saya bersyukur dulu memilih pasangan saya salah satunya karena alasan ini. Setiap rumah tangga mungkin punya aturan mainnya sendiri-sendiri, tapi saya nggak ngerti apa jadinya saya kalau punya suami tipikal yang nggak mau bantu-bantu pekerjaan rumah. Mungkin saya bisa kurus kering karena kecapekan atau minimal 15 menit sekali ngomel-ngomel karena stress pekerjaan rumah nggak kunjung beres. Pasangan saya nggak keberatan mencuci baju kotor apalagi malu kalau harus menjemur baju di halaman. Ia juga nggak keberatan mencuci piring kotor atau menyapu dan mengepel lantai. Kadang-kadang malah dia juga masuk ke dapur, walaupun masak menu makanan sederhana, tapi dia pengen sekali-sekali gantian masakin sesuatu buat saya. Dan entah berapa kali pasangan saya sampai di rumah lebih awal dari saya, lalu saya mendapati rumah dalam keadaan sudah rapi dan bersih, sisa-sisa pekerjaan rumah yang belum sempat saya kerjakan sudah diselesaikan. Atau ketika saya kurang enak badan, pasangan saya bangun lebih pagi dari biasanya, baru membangunkan saya ketika pekerjaan rumah udah selesai. Setiap kali pasangan saya melakukan hal-hal seperti itu saya bisa langsung nangis saking terharunya. Nggak butuh hadiah mahal bukan untuk bikin saya meleleh? 😂 Cuma butuh hal-hal sederhana yang mungkin bagi penganut paham patriarkis terdengar sangat tidak maskulin, justru di mata saya menambah maskulinitas seorang laki-laki. 😝


    So, kalau merasa kenapa ya susah banget nemu pasangan yang cocok sama kita, mungkin ada baiknya mencari tau dan mempelajari tentang macam-macam bahasa cinta versi Om Gary Chapman. Dengan demikian kita bisa lebih memahami diri sendiri juga pasangan kita, kalau udah tau bahasa cinta masing-masing, kan tinggal dikomunikasikan satu sama lain. It may not be easy, but it's worth to try.[]
    Share:

    Hati-hati dengan Ucapanmu

    Sumber ilustrasi: Freepik
     
    Suatu hari ketika saya dan suami sedang melihat-lihat stroller bayi, suami saya nyeletuk, "Gimana rasanya ya naik stroller? Aku pengen nyobain ih." Lalu saya menimpalinya dengan asal, "Yakali kamu mau naik stroller. Naik kursi roda aja atuh, sama kok rasanya." Suami saya langsung menegur, "Hush, sembarangan ih kalau ngomong."

    Dan saya menyesal pernah bicara sembarangan. 😓

    Beberapa minggu kemudian, suami saya benar-benar merasakan yang namanya naik kursi roda. 😢 Syukur alhamdulillah bukan karena sakit yang gimana-gimana, tapi memang prosedur rumah sakit mengharuskan pasien untuk naik kursi roda dari IGD ke kamar rawat inap. Ketika saya melihat suami duduk di kursi roda dengan wajah yang jauh dari sumringah, saat itu juga saya menyesal pernah menyuruhnya duduk di kursi roda. 😥 Ya Allah, bukan ini yang saya maksud.... 😭

    Tiga hari pasca suami saya keluar dari rumah sakit, keadaannya belum terlalu membaik. Malah bisa dibilang kondisinya semakin drop karena suhu tubuhnya naik turun setiap habis minum obat. Entah apakah ini efek samping dari obat oral yang diresepkan oleh dokter. Sebenarnya obat yang diberikan selama di rumah sakit lewat injeksi sama saja dengan obat oral yang diberikan begitu suami saya dibolehkan pulang. Selama di rumah sakit suami saya hanya mengalami ketidaknyamanan sesaat setelah obat disuntikkan. Di luar itu, suhu tubuhnya selalu normal, begitu pula dengan tekanan darah dan gula darahnya. Rasanya nggak tega banget lihat suami saya yang biasanya aktif dan pecicilan hanya bisa tertidur lemas di kasur hampir sepanjang hari. 😢

    Iya, saya menyalahkan diri saya sendiri atas musibah yang menimpa suami saya. Entah berapa kali saya nangis dan minta maaf, mohon ampun karena sebagai istri nggak bisa menjaga ucapan dengan baik. Suami saya malah membesarkan hati saya, dan mengingatkan supaya musibah kali ini dijadikan bahan pembelajaran serta introspeksi diri.

    Semoga kita nggak pernah lupa untuk selalu bersyukur atas nikmat sehat yang diberikan Allah Swt. Semakin dewasa semakin saya menyadari bahwa ucapan "Semoga panjang umur dan sehat selalu" adalah doa yang sangat dalam dan indah. Nggak ada yang lebih saya harapkan selain melihat orang-orang tersayang untuk selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang. Aamiin ya rabbal 'aalamiin....
    Share:

    Sehat itu Murah, Sakit yang Mahal

    Akhirnya saya ngerasain sendiri yang namanya pelayanan rumah sakit untuk pasien BPJS itu masih jauh dari standar. Selama ini cuma baca-baca pengalaman orang dan cuma bisa membatin, semoga kalau nanti saya terpaksa harus berurusan sama BPJS saya sedikit lebih beruntung. Ternyata, ngga semudah itu, Marimar ~ 💁🙃

    Hari Sabtu, 5 Januari 2019 saya nganter suami ke Rumah Sakit F untuk periksa ke dokter spesialis mata, sebelumnya udah ngikutin prosedur dari faskes tingkat 1 dan diminta datang tepat waktu karena dokternya hanya tersedia dari pukul 12.00-16.00 WIB. Sampai di sana jam 12 kurang, dapat jawaban kalau dokternya cuti sampai tanggal 7 Januari 2019. 🙃 Baiklah, ternyata nggak ada sinkronisasi antara faskes tingkat 1 dengan rumah sakit rujukan. Mau nunggu sampai hari Senin pun nggak tega, suami udah struggling sama matanya yang sakit lebih dari seminggu. Akhirnya kami putar haluan ke Bogor Eye Center yang terafiliasi dengan RS Bina Husada. Ngga apa-apa lewat jalur umum juga, yang penting kami ketemu dokter hari itu juga.

    Di Bogor Eye Center kami baru dipanggil sama dokter sekitar pukul 15.30, hasilnya ternyata bukan cuma silinder & minus biasa, tapi juga ada radang syaraf mata. Itu sebabnya suami saya kesakitan dan sempet nunjukin gejala kayak mau kena flu tapi lebih parah. Dokter bilang dia harus rawat inap dan dikasih obat injeksi selama 3 hari. 😔 Bingung dong, RS Bina Husada termasuk 1 dari banyak rumah sakit di Bogor yang berhenti kerjasama dengan BPJS per tanggal 2 Januari 2019. Seandainya nggak berhenti, kami bisa langsung rawat inap di sana lewat IGD. Dokter akhirnya ngasih surat rujukan, kami dipersilakan pindah ke rumah sakit mana pun yang kerjasama dengan BPJS, lengkap dengan tindakan & dosis obat yang harus diberikan. Dia tau akhir pekan gini pasti nggak ada dokter spesialis mata yang standby di IGD. Baiklah, pencarian rumah sakit pun dimulai ~ 💆

    Tujuan pertama kami balik lagi ke Rumah Sakit F, tapi malah ditolak di bagian pendaftaran IGD dengan alasan dokter spesialis matanya nggak ada. Padahal kan yaa dalam surat rujukan itu udah tertulis dengan detail apa yang harus dilakukan. Mau protes tapi... ya udahlah. Hemat energinya buk, hari masih panjang. 💆 Saya menghubungi sekitar 3 rumah sakit terdekat via telepon, dan semua nggak membuahkan hasil. Rata-rata jawabannya kamar rawat inap penuh sebagai imbas dari dihentikannya kerjasama BPJS dengan beberapa rumah sakit, jadi mereka kebanjiran pasien rujukan dari rumah sakit lain. Kami pun memperluas daerah pencarian dan menghubungi Rumah Sakit M yang lokasinya di kota Bogor, lumayan jauh dari rumah kami. Jawaban di telepon cukup melegakan, kami diminta datang langsung membawa surat rujukan, biar nanti dokter jaga yang memutuskan. Singkat cerita, kami sampai di sana sekitar pukul 19.00 dan akhirnya dapat kamar malam itu juga. Suami saya langsung dapat injeksi obat sesuai arahan dokter mata dari Bogor Eye Center.


    Keluhan-keluhan kecil yang kami rasakan selama di rumah sakit, banyak yang kami kesampingkan. Kalau mau dicatat semua di sini, mungkin daftarnya panjaaaaang banget. Tapi yaudahlah, kami tahan-tahanin sampai akhirnya, hari Senin terlewati begitu aja tanpa suami saya diperiksa sekalipun sama dokter spesialis mata. Seharian saya bolak-balik ke meja perawat, ke bagian poli mata, dan ke bagian informasi juga, minta kejelasan kapan suami saya diperiksa, jawabannya plintat plintut kayak kentut. 🤦 Nggak ada yang bisa kasih jawaban jelas, cuma bilang, "Hari ini kok, tapi jam kunjungannya nggak tentu tergantung dokternya." Pas saya udah pulang, suami saya ngasih kabar habis Maghrib, kalau dokter jaga umum visit lagi, cuma bisa bilang, "Maaf dokter spesialis matanya kelewat, jadi baru bisa periksa besok." 🙃

    Kelewat.

    KELEWAT.

    KELEWAT CUY!

    HHHHHH..... Tarik nafas dalam-dalam ~ bumil nggak bole maramara ~ 💆💆💆

    Hari Selasa, 9 Januari 2019 saya datang lagi ke rumah sakit dan kali ini lebih bawel sama perawat. Saya tanya kapan kira-kira dokter spesialisnya bakalan visit? Perawat bilang jadwal visit-nya sore nanti setelah poli selesai, dan hari ini mereka udah menghubungi sang dokter untuk memastikan nggak ada pasien yang terlewat lagi. Sekitar pukul 6 sore, dokter yang ditunggu-tunggu datang juga, dengan pemeriksaan ala kadarnya yang nggak sampai 5 menit. 💆🙃 Apakah suami saya dikasih obat tetes mata untuk melebarkan pupil supaya dokter bisa melihat lebih jelas ke bagian belakang mata? Engga. Apakah suami saya diajak ke dalam ruangan poli untuk diperiksa lebih rinci dengan alat-alat yang memadai? Engga. Apakah suami saya diperiksa ulang ukuran minus atau silindernya? Engga. Cuma diperiksa seadanya lalu disuruh pulang. That's it. 🙃

    Sudahlah, kami sudah sangat lelah dan terlanjur kecewa dengan pelayanan di Rumah Sakit M ini. Begitu mendengar keputusan dokter bahwa suami saya boleh pulang, kami cuma pengen buru-buru pergi dari situ. Kalau memungkinkan, kami ingin kembali lagi ke Bogor Eye Center supaya suami saya diperiksa lagi dengan lebih menyeluruh. 

    Sesungguhnya, saya akui memang belum ada asuransi swasta yang value-nya bisa menandingi BPJS. Rata-rata asuransi swasta hanya meng-cover rawat inap (kalau cuma rawat jalan harus rogoh kocek sendiri), itu pun ada buanyaaaaak banget daftar penyakit yang nggak bisa mereka layani. Udahlah biayanya mahal, sebelum apply juga harus medical check up. 🙃

    Dan di pagi hari tanggal 8 Januari 2019 saya nonton di berita kalau beberapa rumah sakit yang sempat berhenti kerjasama dengan BPJS, per tanggal 7 Januari 2019 udah kembali melayani pasien BPJS seperti biasa. Salah satunya, ya RS Bina Husada itu. 💆🙃 Nggak, saya nggak nyalahin siapa-siapa kok. Dibawa ketawa aja, anggap aja lagi kena prank. 😂 Saya bersyukur malah di Bogor Eye Center ketemu sama dr. Leni yang baik banget dan kooperatif. Nggak maksa kami untuk opname di sana, malah menganjurkan untuk cari rumah sakit lain dengan surat rujukan yang lengkap banget.

    Sejujurnya saya pengeeeeen banget program pemerintah ini berjalan dengan sukses. Terlepas dari banyaknya kasus, belum lagi setiap tahun menderita kerugian, saya tahu masih banyak yang harus diperbaiki dari sistem BPJS ini. Jadi saya cuma bisa berdoa, semoga saya beserta keluarga dan teman-teman selalu diberi kesehatan dan nggak perlu menggunakan layanan BPJS lagi. Cukup kita bantu support dengan bayar iuran rutin setiap bulan aja, nggak usah jadi pasien ya, sembari berharap sistem BPJS terus mengalami perbaikan ke depannya. Aamiin....


    GWS baby... 💓

    Share: