Melestarikan Tradisi Keluarga Tahunan di Bukit Surya Salaka

Well, it's a little bit late but I'm trying to keep this tradition on track. Yep, it's family camping timeeee!

Puncak Gunung Salak dari Alun-alun Kuta Genggelang.

Tahun lalu kami sekeluarga camping pertama kali dalam rangka merayakan ulang tahun anak kami. Saat itu perlengkapan kemah yang kami punya hanya tenda, selebihnya kami pakai alat-alat seadanya di rumah. Lesson learned, pelan-pelan kami mengumpulkan perlengkapan camping lainnya agar liburan kami ke depannya jauh lebih nyaman. Waktu itu kami sudah bertekad akan berkemah setidaknya 1-2 bulan sekali. Namun ternyata setahun ke belakang so many things happened di luar kuasa kami. :')

Setelah berkali-kali menunda, akhirnya kami bisa kembali berkemah akhir bulan lalu. Kali ini kami menjajal sebuah camping ground di kaki Gunung Salak yang terletak di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Untuk sampai ke lokasi, ada beberapa alternatif jalur yang bisa kita lewati, yakni lewat Dramaga-Ciampea, atau lewat Ciherang-Ciapus. Sebagai orang Bogor yang udah khatam betapa jahanamnya kemacetan di Dramaga, kami memilih lewat jalur Ciherang-Ciapus. Memang jalannya lebih kecil, tapi setidaknya ngga perlu melewati kemacetan di Dramaga.

Suasana Bukit Surya Salaka di sore hari menjelang petang.

Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 12.30, iya terlalu siang memang. Itu kesalahan kami yang pertama. πŸ˜‚ Kami pikir perjalanan hanya memakan waktu 90 menit, jam 2 siang sudah sampai di lokasi dan langsung bangun tenda. Ternyataaaa.... di jalan banyak banget hambatannya. Beberapa kali kami harus mampir dulu karena ada perlengkapan yang belum ada. Terlebih lagi kami (saya doang sih tepatnya) dikejutkan dengan jalur Ciapus yang kelewat rolling dengan gradient tanjakan dan turunan di luar nalar. Sekarang saya paham kenapa Google Maps lebih merekomendasikan jalur Dramaga-Ciampea yang ruas jalannya lebih lebar dan gradient tanjakan yang lebih bersahabat buat sobat fobia ketinggian macam saya. Alhamdulillah kami tiba di lokasi dengan selamat saat adzan Ashar berkumandang, beruntung suami saya nggak fobia ketinggian kayak istrinya dan juga highly skilled driver. Kalau saya yang harus duduk di belakang kemudi bisa-bisa saya mundur lagi kayaknya daripada harus melanjutkan perjalanan dengan jalur seperti itu. πŸ˜‚

Suasana malam hari di Bukit Surya Salaka yang semakin syahdu dengan lampu hias. ✨

Bukit Surya Salaka terletak di kawasan Gunung Bunder 2, tempatnya bersebelahan dengan Alun-alun Kuta Genggelang yang juga menyediakan area camping ground yang view-nya nggak kalah cantik. Saat kami tiba di sana, area camping sudah terisi hampir 80%. Kami beruntung masih bisa mendapat camping spot dengan pemandangan yang bagus dan masih terjangkau akses listrik. 

Pemandangan city light dari depan tenda kami di malam hari ✨

Setelah tenda berdiri tegak dan barang-barang dari mobil sudah diangkut semua, kami berkeliling untuk melihat-lihat area camping yang lain. Di Bukit Surya Salaka ini, setelah melewati gerbang kita langsung dihadapkan pada area camping reguler di sebelah kira serta area camping VIP di sebelah kanan yang dibatasi oleh jalan masuk mobil. Area camping reguler dibuat berundak-undak di punggung bukit, begitu keluar tenda kita bisa melihat puncak Gunung Salak di sebelah kanan serta pemandangan kota dari kejauhan di sebelah kiri. Di area camping reguler ini ada 2 gubuk yang berfungsi sebagai musholla, namun hanya 1 gubuk yang dilengkapi dengan keran air untuk berwudhu sekaligus mencuci piring.

 

Di seberang area camping reguler, ada area camping VIP yang menyediakan fasilitas tenda glamping lengkap dengan segala perintilannya. Ada dua kolam renang terpisah yang diperuntukkan bagi pengunjung reguler dan juga pengunjung VIP. Tapi kalau boleh jujur, pemandangannya di area reguler jauh lebih juara ketimbang di area VIP. πŸ˜… Oh iya kalau mau tau informasi lebih lengkap tentang fasilitas serta paket yang ditawarkan bisa langsung ke website official Bukit Surya Salaka ya.

Kalau dibandingkan dengan pengalaman kami camping pertama kali dulu, kali ini terasa lebih hangat karena area camping-nya lebih ramai. Kami bahkan sempat mengobrol dengan pengunjung di kavling tenda sebelah yang sengaja menginap 2 malam. Keluarga tersebut memiliki 2 anak yang jadi teman baru anak kami. Berkat mereka, kami juga jadi belajar banyak dengan memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan selama camping untuk dipraktikkan pada camping berikutnya. Wkwkwkwk.... Maklum sepertinya mereka jauuuuh lebih berpengalaman dalam family camping dibandingkan kami yang masih pemula ini.

Gedung pencakar langit di Jakarta yang tampak dari ketinggian 735 mdpl.

Malam harinya sekitar pukul 12.00, kami yang lagi enak-enak tidur langsung terbangun karena mendengar suara angin yang bergemuruh. Asli suaranya keras banget sampai kami takut tendanya bakal terbang tertiup angin. Tidak lama kemudian hujan turun deras sekali disertai petir dan kilat. Ya Allah bener-bener pengalaman yang baru banget lagi camping diguyur hujan sederas itu. Udara yang memang sudah dingin jadi semakin dingin, kami bahkan harus pakai jaket berlapis agar tetap hangat. Kami juga sempat khawatir tendanya bakal bocor atau kemasukan air, namun ternyata tendanya tetap kokoh dan berfungsi dengan baik. Mungkin karena kami masih terlindungi oleh flysheet ditambah skill pasang tenda suami saya yang mumpuni, hehehe....
 
Sawah dan gubuk yang berlatarkan perbukitan hijau 🌲

Pagi harinya kami menyempatkan untuk jalan-jalan ke camping ground sebelah yakni Alun-alun Kuta Genggelang. Dari segi view di sini memang jauh lebih bagus, karena pemandangan kota dan juga gunung Salak nyaris tidak terhalang apapun. Namun di sini tidak semua area camping bisa kebagian listrik. Jadi harus pastikan dulu sebelum memilih kavling tenda ya. Tidak seperti di Kampung Awan yang aksesnya tertutup hanya untuk pengunjung, di camping ground ini warga lokal juga bisa masuk. Memang tidak banyak, tapi ada beberapa pedagang yang menjajakan makanan seperti bubur ayam, pentol bakso, nasi uduk, dll. Kalau kita kehabisan persediaan makanan atau minuman untungnya ada warung di area camping yang bisa kita andalkan. Jadi jangan takut kelaparan kalau ke sini. πŸ˜…

Kolam renang umum di area pengunjung reguler.

Oh iya kalau aktivitas untuk anak-anak, di sini ada kolam renang umum dengan tiket masuk Rp15.000,- bisa bolak-balik sepuasnya. Selain itu, bisa juga main ke sungai yang cukup jernih, tapi karena lokasinya agak jauh di bagian bawah bukit kami tidak mendatanginya. Mungkin kalau anak kami sudah cukup besar untuk jalan kaki sendiri kami mau mencobanya.

So far kami cukup puas menginap semalam di sana. Tapi mungkin harus sedikit diperhatikan mengenai ketersediaan air saat pengunjung sedang banyak-banyaknya. Beruntung saya sudah selesai cuci piring dan memandikan anak setelah berenang sebelum pukul 10.00 pagi, di saat semua orang masih bermain di kolam renang. Sekitar pukul 12.00 air di kamar mandi sedikit sekali keluarnya. Semua pintu kamar mandi juga terisi jadi kita harus bersabar menunggu. Mungkin akan lain ceritanya kalau kami memilih berkemah bukan di akhir pekan ya.

Foto keluarga kilat sebelum tendanya kami bongkar lagiπŸ˜…

Apakah perjalanan ini worth it? Ya, tentu saja. 😊

Saya dan suami sudah bertekad akan menjadikan kegiatan berkemah sebagai agenda rutin keluarga, bukan hanya saat ini atau pada momen spesial saja. Tapi juga seterusnya meski anak kami sudah beranjak dewasa. Karena saat seorang anak tumbuh besar, ada orangtua yang juga bertambah usianya. Itu sebabnya kami ingin mengumpulkan kenangan berharga sebanyak-banyaknya.

Itulah tradisi keluarga kami. Apa tradisi keluargamu?

Our little family and the great Salak mountain πŸŒ„ 

[]
Share: