Postcrossing: Turn Your Mailbox Into A Box of Surprises!

Pernah ngerasa sensasi muncul lampu di atas kepala dan langsung pengen ngomong “Eureka!” ala Archimedes? Minggu lalu saya baru aja mengalaminya. Yah, sebetulnya sih ide yang muncul di kepala saya bukan sesuatu yang amazing atau bakal membawa kemaslahatan bagi masyarakat dunia. Saya cuma terpikir, kayaknya seru kalau saya bisa kirim-kiriman kartu pos sama orang asing dari negara lain. Pertanyaan saya cuma satu: mau kirim ke siapa? Hehe…

Hal pertama yang saya lakukan adalah googling ‘komunitas kartu pos’, karena saya yakin meski jaman udah serba digital, pasti ada sekelompok orang yang masih mengapresiasi value benda fisik. Saya pun terdampar di situs Postcrossing yang ternyata udah eksis sejak tahun 2005. Wow, kemana aja saya selama ini? Hahaha… Proyek yang digagas oleh Paulo Magalhães ini memiliki slogan "send a postcard and receive a postcard back from a random person somewhere in the world!". Hmm, pas banget memang ini yang saya cari.

Proses untuk bergabung dengan komunitas ini relatif gampang kok, nggak ada bedanya kayak kalau kita mau sign up di Facebook, Twitter, Instagram, maupun platform social media lainnya. Kita juga diharuskan memasukkan alamat pengiriman kartu pos. Nah, setelah akun kita berhasil dibuat, kita bisa masuk ke halaman dashboard yang tampilannya kurang lebih seperti ini. Karena saya baru banget join di Postcrossing, belum ada kartu pos yang saya kirim maupun saya terima. Hehehe...

Di bagian profil kita juga bisa memilih apakah kita bersedia melakukan direct swap atau nggak, saya pilih bersedia. Jadi direct swap ini memungkinkan kita berkirim kartu pos langsung dengan member lain tanpa melalui Postcrossing. Mungkin yang bisa kayak gini kalau sebelumnya kita udah pernah berkirim kartu pos dengan orang itu kali ya? Asyik dong kalau bisa punya sahabat pena dari luar negeri. ;)


Nah, ketika kartu pos kamu sampai di tempat tujuan (kira-kira butuh waktu sekitar 2 mingguan lah), si penerima kartu pos akan memasukkan Postcard ID yang tercantum di kartu pos kamu ke dalam akun Postcrossing-nya. Proses inilah yang akan memungkinkan kamu mendapat kartu pos dari member lain yang juga dipilih secara acak dari seluruh dunia. Seru banget kan? :D

Biasanya di profil member Postcrossing mereka suka mencantumkan pesan singkat atau informasi lain tentang diri mereka. Misalnya dari mana mereka berasal, apa pekerjaan mereka, apa hobi mereka, siapa penulis/penyanyi/bintang film favorit mereka, pokoknya apapun deh. Kadang-kadang juga mereka mencantumkan special request kartu pos seperti apa yang mereka suka, atau pesan apa yang mereka inginkan ada di dalam kartu pos itu. Ya nggak ada salahnya sih kita ngikutin permintaan mereka kalau memang nggak terlalu merepotkan. Hehe...



So, saya udah mengantongi 5 alamat yang akan saya kirimi kartu pos. Semuanya perempuan dan berasal dari negara yang berbeda: Austria, Taiwan, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat. Sebagai delegasi Indonesia (ciye gitu), saya nggak mau dong kalau ngirim kartu pos ke mereka dengan desain yang ala kadarnya banget? Cuma sayangnya saya cari kartu pos ke kantor pos di kota Bogor, ternyata harus ambil nomor antrian segala. Aduh, kok nggak asik banget sih? Macam kita mau setor tunai di bank aja. Asli deh, PT Pos Indonesia ini butuh banget refreshment dalam pelayanannya di banyak aspek. Kenapa nggak bikin pojok minimarket khusus yang menjual kartu pos, perangko, dan souvenir lainnya? Kayak gitu kan lebih asik ya ketimbang harus ngantri panjaaang cuma buat beli kartu pos, yang mana desainnya pun saya nggak yakin bagus apa enggak.

Untungnya, salah satu member Postcrossing Indonesia ada yang membaca peluang ini dan dia pun menjual kartu pos dengan desain yang super lucu. Katalog kartu posnya bisa dilihat di akun Instagram @haloposnesia. Mereka bikin desain dengan berbagai tema dan ada juga edisi khusus yang dibuat bertepatan dengan event tertentu. Misalnya ada tema makanan tradisional, jajanan pasar, baju adat, peta Indonesia, bahkan ada edisi hantu Indonesia dalam rangka Halloween. Haha... Ilustrasinya baguuuus banget, pokoknya dijamin nggak bakal malu-maluin buat dikirim ke negara lain deh.
Sebagian kartu pos yang dijual oleh @haloposnesia.

Oh iya, pas saya ke kantor pos dan menanyakan tentang kartu pos ini, beberapa kali saya malah ditanya, "Buat anak SD ya?" Eeeerr, no? Mungkin sekarang satu-satunya alasan orang mau beli kartu pos ya cuma buat memenuhi tugas sekolah aja. Duh sedih amat sih... :( Semoga member Postcrossing terus bertambah ya, dan komunitas kartu pos di Indonesia juga jalan terus, sebagai pemula di bidang kartu pos ini, saya ngarep banget proyek ini bisa berlangsung seterusnya.[]
Share:

Selamat Datang di Team Mata Empat!

Setelah 26 tahun hidup dan membangga-banggakan penglihatan saya yang sehat & tajam, akhirnya tiba juga saya nggak bisa lihat tulisan di papan tulis pas lagi meeting, padahal jaraknya cuma 4 meter ke depan. Di situ saya frustasi banget dan jadi nggak konsen sepanjang meeting. Sebetulnya gejala ini udah lumayan lama saya rasain, tapi saya mikir mungkin mata saya cuma lelah. Hari-hari biasa kalau lagi di jalan, saya masih bisa lihat tulisan jarak jauh asal ukurannya besar. Tapi efeknya kepala saya gampang pusing, mata saya kayak dipaksa bekerja lebih keras.


Oke, cukup ngalor-ngidulnya. Sebelum beli kacamata, jelas saya harus cek dulu dong ke dokter mata. Di sini saya galau, harus cek di mana? Di klinik, puskesmas, rumah sakit, atau langsung datang ke optik? Mending pakai biaya sendiri atau ngandelin BPJS? Setelah diskusi sana sini, saya akhirnya putuskan buat periksa lewat jalur non-BPJS aja, karena terus terang saya nggak ada waktu buat urus tetek bengek surat rujukan, legalisir, dan urusan ina-inu lainnya.

Dari sekian banyak opsi rumah sakit yang ada di Bogor, saya putuskan untuk menjajal poli mata di Kimia Farma Juanda. Nggak ada alasan khusus sih, simply karena temen saya ngajak meriksa bareng di situ, dan kayaknya harganya lumayan reasonable. Sebelum saya memutuskan ke sana, sebetulnya saya udah googling siapa tau ada opsi lain, tapi yaampun nyari data valid dan terkini tentang fasilitas kesehatan di Bogor tuh susahnya setengah mati. Yakali saya harus samperin satu-satu semua rumah sakit atau klinik yang punya poli mata. Ain't nobody got time for that.

Nah, supaya teman-teman nggak mengalami kesulitan yang sama dengan saya, berikut ini saya lampirkan jadwal praktik dokter di Kimia Farma Juanda, Bogor. Surprisingly, ternyata daftar dokter spesialis mereka lumayan banyak dan lengkap ya.

Spesialisasi
Nama Dokter
Jadwal Praktik
Spesialis Penyakit THT
dr. Andi Rizal Jenie
Senin – Sabtu pukul 18.00 – 21.00
(Pengambilan nomor langsung di poli)
Spesialis Penyakit Dalam
dr. Djabir Abudan
Senin, Rabu, & Sabtu pukul 15.00 – 17.30
Spesialis Bedah
dr. Agil Salim
Senin – Jumat pukul 19.00 – 21.00
Sabtu pukul 08.00 – 09.30
Spesialis Mata
dr. Indira
Senin – Kamis pukul 16.30 – 19.00
dr. Elisa
dr. Michel
dr. Ujang Yamin
Sabtu pukul 09.00 – 11.00
Spesialis Kulit & Kelamin
dr. Euis Nana Resna, SpKK
Selasa & Kamis pukul 19.00 – 21.00
dr. R.K.T.Ko.MD DV
Senin, Rabu, & Jumat pukul 16.00 – 20.00
(Daftar langsung di poli dengan asistennya)
Khusus Facial hari Kamis pukul 16.00 – 20.00
Spesialis Kandungan
dr. Farhan Djuned
Senin, Rabu, & Jumat pukul 19.00 – selesai
Spesialis Saraf
dr. Willy Wijaya, SpS
Selasa, Rabu, & Kamis pukul 17.00 – 19.00
Spesialis Anak
dr. Herman, SpA
Senin – Jumat pukul 18.30 – 20.30
Dokter Umum
dr. Renung Kastopo
Senin – Jumat
Pagi (09.30 – 12.00) & Sore (17.00 – 21.00)
dr. Wendri
Senin – Jumat pukul 13.00 – 16.00
Sabtu pukul 09.00 – 12.00
dr. Lugina Jatianita
Senin – Jumat pukul 15.30 – 18.00
dr. Handoko
Senin – Sabtu pukul 18.00 – 21.00
Klinik Gigi
drg. Andi Rahmatiah
Senin, Rabu, Jumat, Sabtu pukul 10.00 – 13.00
Senin – Jumat pukul 18.00 – 20.30
Spesialis Kedokteran Jiwa
dr. H. Amienuddin Saad
Senin – Kamis pukul 14.30 – 16.00
Jumat & Sabtu (dengan perjanjian)
Fisioterapi

Senin – Jumat pukul 10.00 – 20.00
Sabtu pukul 10.00 – 18.00
Optik

Senin – Sabtu pukul 08.00 – 21.00
Minggu pukul 09.00 – 14.00
Laboratorium

Senin – Sabtu pukul 08.00 – 21.00

Sebetulnya kalau datang langsung, di bagian depan Kimia Farma ada plang besar yang berisi jadwal praktik dokter, tapi ternyata datanya kurang update. Saya datangi loket pendaftarannya dan petugas di sana cukup kooperatif menjelaskan tentang jadwal baru ini. Oh iya kalau teman-teman mau bikin janji atau sekedar nanya-nanya lewat telepon, bisa hubungi nomor 0251-8363473 atau lewat Whatsapp di nomor 085774116313.

UPDATE:
Hari Sabtu, 4 November 2017 saya kembali lagi ke Kimia Farma Juanda. Walaupun di jadwal tertulis dr. Ujang Yamin baru mulai praktik jam 09.00, saya sudah datang sejak pukul 07.30 pagi atas saran petugas. Berhubung dr. Ujang sedang sakit, beliau membatasi hanya akan mengambil sekitar 5 pasien saja per hari jadi siapa cepat dia dapat. Saya pikir saya akan jadi pasien pertama yang daftar, ternyataaaa, saya nyaris nggak kebagian slot lantaran pasien yang daftar udah 6 orang, melebihi kapasitas. Aduh… :(

Beruntung petugas pendaftaran masih mengijinkan saya untuk daftar. Jadi, ternyata dr. Ujang Yamin ini udah lumayan sepuh. Semula beliau nggak ada jadwal praktik hari Sabtu itu, tapi mendadak beliau mengabari asistennya bahwa ia ingin praktik, sekalian melatih kakinya. Beliau baru datang sekitar pukul 10.00 dan para pasien pun mulai dipanggil ke dalam ruang pemeriksaan. Saya baru dipanggil sekitar pukul 10.50, lumayan cepat juga ya. Tadinya saya pesimis pemeriksaan ini bakal sia-sia, gimana kalau ternyata saya cuma lebay aja? Gimana kalau ternyata mata saya cuma lelah aja makanya pandangan suka agak kabur? Tapi daripada penasaran lebih baik cari tahu sendiri kan? Di dalam ruangan saya disuruh duduk dan penglihatan saya dites dengan alat khusus. Prosesnya sendiri cuma makan waktu sekitar 5 menit aja, dan ternyataaaaaa vonisnya adalah…. mata saya minus 1,25 kanan dan kiri. Ya Tuhan… :(

Sejujurnya saya agak syok sih karena nggak membayangkan minus di mata saya bakal nembus angka 1. Tadinya saya pikir paling top minus 0,5 laah, karena di luar ruangan mata saya masih cukup bisa diandalkan untuk membaca tulisan-tulisan yang jaraknya lumayan jauh. Yah, mau gimana lagi? Seenggaknya mata saya nggak silinder sama sekali. Pantesan aja kepala saya sering pusing, mungkin itu cara tubuh saya berkomunikasi bahwa ada sesuatu yang nggak beres dan harus ditangani segera. Kalau udah kayak begini sih, saya nggak bisa mengelak lagi, mau nggak mau saya harus pakai kacamata. Kecuali mau bertahan terus-terusan meeting dalam keadaan nggak tau materi apa yang lagi ditampilkan di layar monitor.

Oh iya, untuk pemeriksaan mata di Kimia Farma, saya dikenakan biaya Rp 150.000,- yang dibayarkan langsung ke asisten dr. Ujang. Tadinya saya pikir saya bakal dikenakan biaya pendaftaran juga karena itu kali pertama saya ke sana, tapi ternyata nggak ada biaya apapun lagi. Lumayan terjangkau sih, semula saya pikir biaya pemeriksaan mata ini bakal berkisar Rp 200.000,- hehehe…

Di Kimia Farma Juanda juga ada optiknya, tapi saya nggak mau nebus kacamata di sana karena harganya mahal. Memang sih ada harga ada kualitas. Sekitar tahun 2010 teman saya beli kacamata di optik Kimia Farma dikenakan biaya sekitar Rp 500.000,- tapi kacamatanya masih awet banget sampai sekarang padahal teman saya joroknya minta ampun. Kalau 7 tahun lalu aja harga kacamatanya udah segitu, bayangin aja sekarang  berapa harganya? Untuk sementara, kayaknya saya cari optik yang harga kacamatanya lebih bersahabat aja deh. Hehehe…

Well, semoga tulisan ini cukup membantu ya buat yang lagi nyari dokter spesialis mata ataupun dokter spesialis lainnya di kota Bogor. Semoga sehat selalu![]
Share: