The 5 Love Languages: Pahami Bahasa Cintamu

Sumber gambar: The Idealist

Beberapa tahun yang lalu ketika masih menyandang status jomblo dengan bangganya, saya diberi rekomendasi film berjudul He's Just Not That Into You oleh sahabat saya. "Nih, lo tonton deh sampai tamat, kalau perlu lo ulang-ulang terus biar pesannya nempel di alam bawah sadar," demikian kata sahabat saya. Mungkin saking kesalnya dia melihat saya berkali-kali kesandung atau tersesat di jalan yang salah dalam memilih pendamping. 😂 Atau mungkin juga karena gerah mendengar curhatan saya yang nggak habis-habis pasca ditinggal/meninggalkan gebetan. 😌

Mungkin sebagian ada yang masih roaming, film apa sih yang saya maksud? He's Just Not That Into You adalah film komedi romantis yang diambil dari sudut pandang 5 wanita dan 4 pria, intinya berkutat pada masalah klasik kesalahpahaman antara pria dan wanita. Tapi saya nggak akan bahas film itu lebih jauh lagi, kalau penasaran silakan cari sendiri karena filmnya tayang sepuluh tahun yang lalu. Ehehe...

Salah satu tokoh dalam film itu adalah Beth (Jennifer Aniston) yang udah pacaran selama 7 tahun dengan Neil (Ben Affleck). Beth galau karena sang adik perempuan akan segera melangsungkan pernikahan sedangkan hubungannya dengan Neil belum ada tanda-tanda mau dibawa ke jenjang lebih jauh karena Neil nggak percaya sama pernikahan. Ia percaya bahwa dengan berkomitmen dan mencintai Beth sepenuh hati udah lebih dari cukup baginya. Tapi ternyata Beth berpendapat lain. Ketika Beth mendesak Neil dengan pertanyaan kapan dia mau menikahi Beth, Neil nggak bisa jawab. Akhirnya mereka pun berpisah walaupun masih sama-sama sayang. 💔

Selama periode break itu mereka menjalani hidup masing-masing, termasuk bagi Beth harus menghadiri pernikahan adiknya sendirian sementara yang lain punya gandengan. Pada saat itulah ayah Beth mengalami serangan jantung, tapi syukurnya masih selamat. Nah, pada hari-hari pasca pesta pernikahan itu Beth harus mengurus rumah serta ayahnya sendirian, padahal di rumah itu juga ada saudara perempuan beserta para suaminya. Nggak ada satu pun yang ngebantuin Beth, cowok-cowok itu malah asyik nonton TV atau main games, sedangkan Beth ngerjain laundry, masak, cuci piring, belanja bahan-bahan, dan lain-lain seorang diri. Ketika Beth udah ngerasa capek setengah mati dan bener-bener kewalahan, dia masuk ke dapur dan kaget mendapati Neil berdiri di tengah-tengah dapur yang udah bersih.


Aaaawww...... :')

Respon saya ketika nonton adegan itu adalah... "Kapan punya pacar kayak Neil, ya Allah? Mau satu please yang kayak gini baiknya." 😍😂 Ya maklum aja namanya juga waktu itu lagi jomblo. Hahaha.... 😂

Beth akhirnya menemui Neil keesokan harinya yang mesti tinggal di kapal sejak mereka putus. Di situ Beth bilang, dia menyadari bahwa tanpa harus menjadi suaminya pun Neil punya husband quality berkali-kali lipat dibandingkan suami-suami saudara perempuannya. Dan untuk itu Beth sangat bersyukur punya Neil yang sayang sama dia sepenuh hati, akhirnya mereka pun balikan. Yeay!

Sebagai orang yang hasil tes 5 Love Languages-nya adalah acts of service, nggak aneh kalau adegan ini menyentuh banget buat saya. Yap, menurut Om Gary Chapman, orang yang memiliki bahasa cinta acts of service akan sangat menghargai bantuan sekecil apapun yang dilakukan oleh pasangannya. Kalau waktu masih pacaran, saya gampang banget meleleh sama bantuan sederhana dari pasangan saya. "Aku temenin ke ..... ya?" "Sini aku aja yang bawain." "Nih dimakan rotinya ya, kamu pasti belum sarapan." "Aku udah beli susu buat kamu juga." "Aku udah daftarin nama kita berdua, masuk nggak ke email kamu?" Dan masih banyak lagi hal-hal sederhana yang mungkin bagi orang lain biasa aja, tapi bagi saya justru hal-hal itu yang sampai ke hati. Karena salah satu cara saya menunjukkan perhatian pada orang yang berarti bagi saya juga dengan melakukan hal-hal seperti itu. Sayangnya mungkin bahasa cinta saya ini sering salah alamat sehingga kurang diapresiasi dan mendapat timbal balik dari orang-orang sebelumnya. Now I know why it didn't work out with anyone else. 🙈😆

Setelah tinggal bersama kurang lebih 6 bulan (iyaaa, iyaaa, tauuuuu, masih penganten baru kaaaan 😂), saya bersyukur dulu memilih pasangan saya salah satunya karena alasan ini. Setiap rumah tangga mungkin punya aturan mainnya sendiri-sendiri, tapi saya nggak ngerti apa jadinya saya kalau punya suami tipikal yang nggak mau bantu-bantu pekerjaan rumah. Mungkin saya bisa kurus kering karena kecapekan atau minimal 15 menit sekali ngomel-ngomel karena stress pekerjaan rumah nggak kunjung beres. Pasangan saya nggak keberatan mencuci baju kotor apalagi malu kalau harus menjemur baju di halaman. Ia juga nggak keberatan mencuci piring kotor atau menyapu dan mengepel lantai. Kadang-kadang malah dia juga masuk ke dapur, walaupun masak menu makanan sederhana, tapi dia pengen sekali-sekali gantian masakin sesuatu buat saya. Dan entah berapa kali pasangan saya sampai di rumah lebih awal dari saya, lalu saya mendapati rumah dalam keadaan sudah rapi dan bersih, sisa-sisa pekerjaan rumah yang belum sempat saya kerjakan sudah diselesaikan. Atau ketika saya kurang enak badan, pasangan saya bangun lebih pagi dari biasanya, baru membangunkan saya ketika pekerjaan rumah udah selesai. Setiap kali pasangan saya melakukan hal-hal seperti itu saya bisa langsung nangis saking terharunya. Nggak butuh hadiah mahal bukan untuk bikin saya meleleh? 😂 Cuma butuh hal-hal sederhana yang mungkin bagi penganut paham patriarkis terdengar sangat tidak maskulin, justru di mata saya menambah maskulinitas seorang laki-laki. 😝


So, kalau merasa kenapa ya susah banget nemu pasangan yang cocok sama kita, mungkin ada baiknya mencari tau dan mempelajari tentang macam-macam bahasa cinta versi Om Gary Chapman. Dengan demikian kita bisa lebih memahami diri sendiri juga pasangan kita, kalau udah tau bahasa cinta masing-masing, kan tinggal dikomunikasikan satu sama lain. It may not be easy, but it's worth to try.[]
Share:

0 comments:

Post a Comment