Ah, I was thrilled when this book was finally released last month! Karya-karyanya Rick Riordan sudah kunikmati dari era Percy Jackson and The Olympians. Sebagai seorang guru yang mendalami Bahasa Inggris dan Sejarah, Uncle Rick—begitulah dia biasa disapa—mampu mengangkat kisah berbagai mitologi yang saling tumpang tindih menjadi sebuah cerita yang padu. Setelah berhasil mengguncang para fantasy junkie dengan seri Percy Jackson and The Olympians, The Kane Chronicles, serta The Heroes of Olympus, Uncle Rick kembali ‘melahirkan’ sosok pahlawan baru.
Dialah Magnus Chase; remaja 16 tahun yang hidup terkatung-katung di jalanan kota Boston semenjak kematian sang ibu dua tahun silam. Entah bagaimana ceritanya, Magnus
berhasil bertahan hidup di jalanan selama itu. Padahal jalanan Boston jauh dari
kata ramah untuk gelandangan, apalagi yang masih di bawah umur seperti Magnus. Patroli
siswa bolos, mahasiswa mabuk, relawan komunitas, atau pecandu yang mencari
mangsa lemah untuk dipalak; sebut saja, Magnus bisa mengatasi orang-orang
seperti itu.
Tentu saja
Magnus tak benar-benar sendirian. Ia punya Blitz dan Hearth, rekan sesama gelandangan
yang bisa dibilang semacam ‘orangtua asuh’ Magnus semenjak ia hidup di jalanan.
Magnus mengira hidupnya yang kelewat sial takkan bisa lebih buruk lagi. Sampai suatu
hari ia terbangun dan mendapat kabar bahwa ada seseorang yang mencarinya.
Dilanda kepanikan, Magnus pun melakukan sesuatu yang selama ini tidak ia
lakukan atas dasar larangan ibunya: mendatangi kediaman sang paman. Ya,
sebetulnya menjadi gelandangan bukanlah opsi satu-satunya yang dimiliki Magnus.
Ia masih memiliki kerabat dekat yang bisa menanggung kebutuhannya. Tapi Magnus
selalu terngiang-ngiang pesan sang ibu: “Apapun yang terjadi menjauhlah dari
kedua pamanmu, mereka terlalu berbahaya, terutama Randolph.”
Namun Magnus toh
tetap saja nekat mendatangi rumah Paman Randolph yang lebih tepat disebut griya
saking besar dan megahnya. Sebagai anak tertua dari tiga bersaudara, Paman
Randolph praktis mewarisi griya megah yang sudah turun temurun menjadi properti
milik keluarga Chase. Griya megah itu ternyata menyimpan lebih banyak misteri
dari yang Magnus sangka selama ini. Di griya megah itu pula, Magnus mendapati jalan hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat.
Tak pantas dipilih, tak pantas mati,
seorang pahlawan yang tak sanggup diemban Valhalla.
Ke timurlah mentari bergerak, sembilan hari lagi,
dan Pedang Musim Panas membebaskan si buas dari
belenggunya.
Sanggupkah Magnus
mengemban takdir sesuai ramalan yang sudah digariskan kepadanya berabad-abad
silam?
Beberapa orang
mungkin meragukan kredibilitas Magnus untuk menjadi pahlawan baru yang orisinal
seperti halnya Percy. Apalagi embel-embel nama belakang Chase yang membuat mata
para penikmat cerita fantasi langsung tertuju pada Annabeth Chase, cewek cerdas
putri Athena yang kebetulan juga pacar Percy. Eits, Magnus dan Annabeth mungkin
saja memiliki jalan hidup yang berkelindan. Tapi satu hal yang pasti, Magnus
punya momen kejumawaannya sendiri di buku ini.
Magnus dan Percy
sama-sama memenuhi kriteria ‘mudah dicintai’ dengan caranya masing-masing. Aku
suka bagaimana Magnus membangkitkan memori tentang mendiang ibunya. Meski sang
ibu dikisahkan sudah wafat, entah bagaimana nilai-nilai yang ditanamkan ibunya
sejak kecil masih hidup dalam diri Magnus. Apa yang lebih seksi dari seorang
cowok yang nggak malu mengungkapkan rasa sayang terhadap ibunya sendiri? ;)
0 comments:
Post a Comment